Penghuni Langit Itu Bernama Uwais Al-Qorni

Posted in Rabu, 30 November 2011
by Unknown
Bismillahir-rohmanir-rohiim



            Pemuda Bermata Biru itu adalah Uwais ibn ‘Amir ibn Jaza ibn Malik ibn ‘Amr ibn Sa’ad ibn ‘Ashwan ibn Qoron ibn Rodman ibn Najiah ibn Murod. Nama asli Murad yang terakhir di sebut adalah Yuhabir ibn Malik ibn ‘Udad.

            Al-Jauhari dalam kitab Al-shihah mengatakan bahwa al-Qoroni adalah nisbat kepada suatu tempat bernama Qoron, yaitu miqot bagi penduduk Najd yang berada di daerah Tho’if. Sementara al-Fairuzabadi dalam al-Qomus al-Muhith mengatakan bahwa penisbatan Uwais al-Qoroni kepada nama daerah Qoron ini adalah pendapat salah, pendapat yang benar ~menurutnya~ al-Qoroni adalah nisbat kepada salah seorang nama kakeknya, ialah Qoron ibn Rodman ibn Murod.


            Sejarah tidak mencatatkan tahun kelahiran si mata biru Uwais, namun pendapat kuat menyatakan bahwa beliau hidup semasa dengan Rosululloh, hanya saja tidak pernah bertemu dengannya. Karena itulah maka Uwais al-Qoroni tidak tergolong sahabat Nabi, sebab definisi sahabat adalah orang yang hidup di masa Rosululloh, beriman kepadanya, pernah bertemu dengannya walaupun sesaat dan meninggal dalam keadaan beriman. Dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala, adz-Dzahabi menyebutkan bahwa Uwais tidak sempat bertemu dengan Rosululloh karena di sibukkan dengan berbakti kepada ibunya.

            Masih menurut adz-Dzahabi, Uwais tidak banyak meriwayatkan hadist, kecuali beberapa saja yang ia ambil dari sahabat ‘Umar ibn al-Khoththob dan sahabat ‘Ali ibn Tholib, karenanya beliau bukan termasuk Rijal al-Hadist. Lalu yang mengambil riwayat hadist dari Uwais yang sedikit tersebut adalah Yusair ibn ‘Amr, ‘Abd ar-Rohman ibn Abi Laila, Abu ‘Abd Robb al-Damasyqi, dan lainnya.

            Terdapat beberapa hadist shoheh yang menunjukan keutamaan Uwais al-Qoroni, di antaranya hadist riwayat imam muslim dalam kitab Shohihnya bahwa Rosululloh bersabda :



Akan datang kepada kalian Uwais al-Qoroni dengan rombongan berasal dari Yaman. Ia pernah memiliki penyakit kulit belang (al-Barosh), kemudian ia sembuh darinya kecuali hanya tersisa seukuran keeping dirham. Ia memiliki seorang ibu dan ia sangat berbakti kepadanya. Jika ia bersumpah meminta kepada Alloh maka Alloh akan mengabulkannya. Jika engkau bisa bertemu dengannya dan ia memintakan ampun kepada Alloh bagi dirimu maka lakukanlah hal itu “. ( HR. Muslim ).

            Riwayat yang sama juga di sebutkan oleh imam Ibn Hajar al-‘Asqolani dalam kitab Lisan al-Mizan, Ibn Sa’ad dalam ath-Thobaqoth, adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam al-Nubala, dan lainnya. Dalam riwayat-riwayat tersebut di sebutkan bahwa apabila dating suatu rombongan dari Yaman kepada UMAR BIN KHATTAB maka beliau selalu bertanya kepada mereka : “adakah di antara kalian Uwais al-Qoroni?”. Hingga suatu saat ‘Umar dapat bertemu dengannya, ‘Umar berkata : “ benarkah engkau bernama Uwais al-Qoroni ibn ‘Amir ?”. Uwais menjawab : “benar”. ‘Umar berkata : “ benarkah engkau berasal dari Murod dan dari Qoron?”. Uwais menjawab : “benar“. ‘Umar berkata : “ adakah engkau pernah memiliki penyakit belang dan sembuh darinya kecuali tersisa seukuran keeping dirham?”. Uwais menjawab : “benar”. ‘Umar berkata : “ adakah engkau memiliki seorang ibu ?”. Uwais menjawab : “benar”. Kemudian ‘Umar membacakan sebuah hadist yang pernah di dengarnya dari Rosu;lulloh, ~ seperti tersebut di atas ~. Setelah itu ‘Umar meminta kepada Uwais untuk memintakan ampunan kepada Alloh bagi dirinya. Lalu Uwais mengerjakan permintaan ‘Umar tersebut. Kemudian ‘Umar bertanya kepadanya : “ ke manakah engkau hendak pergi?”. Uwais menjawab : “ke Kuffah”. ‘Umar berkata : “maukah engkau jika saya menulis surat kepada gubernur Kuffah supaya dia memuliakanmu?”. Uwais menjawab : “Tidak, Aku lebih senang berada dalam kumpulan orang-orang”.

            Al-Hafidz Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah al-Auliya’meriwayatkan bahwa Rosululloh dalam hadistnya telah menyebutkan sifat-sifat Uwais al-Qoroni, di antaranya bahwa beliau adalah seorang yang berperawakan tegap, dada bidang, warna sangat kecoklatan, dagu selalu tertunduk menempel ke dadanya, pandangan selalu tertuju ke tempat sujud, tangan kanannya selalu di letakkan di atas tangan kirinya, selalu dalam keadaan membaca Al-qur;an, menangisi diri sendiri, memakai kain sarung yang berasal dari wol kasar, tidak di kenal di penduduk bumi namun sangat di kenal di penduduk langit ( para Malaikat ), jika ia bersumpah atas nama Alloh maka pasti akan terkabulkan, di bawah bahu sebelah kanannya terdapat kulit putih seukuran kepingan dirham, kelak di hari qiyamat para ahli ibadah akan di perintah untuk segera masuk ke surga, kecuali Uwais, kepadanya akan di katakana : “ Berhenti engkau, berikan Syafa’atmu ( pertolongan ) terlebih dahulu kepada orang lain”. Uwais kemudian memberikan syafa’at kepada banyak orang sejumlah orang-orang kabilah Robi’ah dan kabilah Mudlor. Rosululloh berkata kepada ‘Umar ibn al-Khoththob dan sahabat ‘Ali ibn Tholib : “ jika kalian bertemu dengannya maka mintalah kepadanya untuk beristighfar kepada Alloh bagi kalian”. Sekitar sepuluh tahun ‘Umar dan ‘Ali tidak pernah bertemu dengan Uwais, kemudian setelah itu baru dapat bertemu dengannya.

            Al-Hafidz Ibn Hajar al-‘Atsqolani dalam lisan al-Mizan meriwayatkan dari Hammad ibn salamah dari al-Jaziri dari Abi Nadlroh dari Usair ibn Jarir dari ‘Umar ibn al-Khoththob bahwa Rosululloh bersabda :

“ Sesungguhnya sebaik-baiknya orang di kalangan tabi’in adalah seorang yang bernama Uwais ibn ‘Amir. Ia pernah memiliki penyakit kulit putih ( Barosh ), kemudian ia berdo’a kepada Alloh untuk kesembuhan penyakit tersebut hingga penyakit itu hilang, kecuali seukuran keeping dirham yang terletak di daerah pusarnya”.

            Di riwayatkan bahwa apabila dating sore hari, Uwais berkata dalam do,anya :” Ya Alloh ampunilah hamba-Mu ini jika hari ini di antara hamba-hamba-Mu ada yang kelaparan karena di rumahku sudah tidak terdapat lagi makanan kecuali yang ada di dalam perutku ini”. 

            Di riwayatkan pula bahwa beliau berkata : “ sesungguhnya pekerjaan memerintah kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran menjadikanku tidak memiliki teman seorang mukmin. Setiap kali kami memerintah mereka kepada kebaikan maka mereka mencaci maki kehormatan kami, sebaliknya mereka mendapatkan teman dalam kefasikan mereka sendiri, bahkan demi Alloh mereka telah melempariku dengan tulang belulang”.

            Di riwayatkan pula bahwa suatu ketika seseorang berkata kepadanya : “ Berilah wasiat bagi diriku…… !”, Uwais menjawab : “ Kembalilah kepada Tuhanmu”. Orang tersebut berkata : “ bagaimana dengan bekal hidupku?”. Uwais menjawab : “ Sesungguhnya hati itu selalu di hantui rasa was-was, ketahuilah jika engkau benar kembali kepada Tuhanmu apakah DIA akan menyia-nyiakanmu tanpa rizqi bagimu ?!”

            Di antara sikap zuhud beliau di riwayatkan bahwa beliau pernah hingga tidak memiliki selembar pakaianpun, tidak sedikit orang yang mencacinya, bahkan ada yang menganggapnya sebagai orang yang tidak waras. Karena tidak memiliki pakaian, beliau tidak dapat dating ke masjid atau mushalla. Dalam hadist riwayat Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’ di sebutkan bahwa Rosululloh bersabda : “ Sesungguhnya dari umatku ada yang tidak bisa mendatangi masjid atau mushallanya karena tidak memiliki pakaian. Keimanannya menghalangi dia untuk meminta-minta kepada manusia. Di antara mereka adalah Uwais al-Qoroni”. ( HR. Abu Nu’aim ).

Semoga Kisah d atas memberikan sebuah bekas yang tertanam terpendam dalam benak serta menjadi penggugah kesemangatan dalam meniti jalan untuk dekat kepada-NYA. Ameeen.


( 11:02  06/05/2011 malam sabtu dari sebuah kamar dan warung podjokan )

            ** BUKU “ Membersihkan Nama Ibnu ‘Arobi “ **