ATEISME DAN TEISME INDONESIA: Sebuah Dunia Yang Membingungkan
oleh Naga Sukma
aku tak tahu apa yang di cari oleh seorang yang mengaku dirinya ATEIS. dan aku juga tak tahu apa yang di cari oleh orang yang mengaku dirinya TEIS. hari kian hari perdebatan di antara mereka kian bising: mencaci, mengolok ngolok, saling membenci dan bahkan tak jarang saling membunuh. saat aku memasuki grup grup maya, yang ada hanya kekecewaan di sana sini. kecewa terhadap ateisme dan kecewa terhadap teisme. saat aku mencoba memasuki dunia nyata, kekecewaan itu berlipat ganda. sampai sekarang aku belum tahu pasti kenapa orang orang yang menempatkan dirinya di posisi yang saling berlawan itu saling menatap penuh dengki? karena yang aku tahu adalah cacia cacian yang keluar di antara kedua belah pihak, sebuah warna yang membuat mataku buta. aku hampir tak mendapatkan apa apa. yang aku dapatkan hanya rasa muak, marah, kecewa, dan frustasi sehingga aku berpikir, kenapa tidak diakhiri saja semuanya?
Saat aku melihat dan mengamati ateisme dan teisme yang ada di negara ini, aku seakan mengamati tubuh tubuh yang terkoyak parah di kedua belah pihak. aku jadi ingat apa yang pernah di tulis oleh ali syariati, manusia manusia yang bertubuh abad 14 namun mempunyai pola pikir abad modern, 21. tubuh tubuh yang terkoyak dan saling berebut dan saling mendominasi.
Russel benar saat ia mengatakan kemarahan orang orang eropa mengenai agama kristen hanya bisa diketahui dan dirasakan oleh orang orang eropa itu sendiri. namun aku bingung, apa yang membuat orang orang asia marah hari ini dan akhirnya terkoyak koyak dalam sebuah dunia yang tak jelas? terlebih di Indonesia: di lain sisi ia membenci agamanya atau zamanya, di lain pihak ia tak ingin lepas dan mempertahankannya. sehingga tak akan pernah benar benar menjadi seorang agnostik maupun ateis sempurna seperti di barat. akhirnya, yang terjadi hanyalah marah dan kebenciaan yang luar biasa tanpa tahu mengapa?hal yang cenderung ceroboh adalah ateisme dan teisme di negeri ini tidak mempunyai kualitas yang cukup untuk mempertahankan apa yang mereka bela. ateisme dan teisme di barat lahir dengan kadar intelektualitas tinggi sehingga mempunyai alasan yang kuat untuk saling menolak kedua belah pihak. namun ketika salah satunya lebih kuat dan memiliki bukti maupun alasan yang cukup untuk membuat salah satunya diam, maka salah satunya mengalah dengan wajar mengakui kekalahan mereka. entah mereka kalah karena faktor para pengikutnya atau kalah karena alasan alasan tertentu yang kuat. yang satu bisa pindah menjadi ateis yang asalnya adalah teis karena mengaku kalah dalam perdebatan intelektual atau sains, dan yang satunya memilih jadi teis yang asalnya ateis karena menemukan bukti kuat di mana kepercayaan ateisme yang ia pegang runtuh oleh bukti bukti kuat adanya Tuhan dan lain sebagainya. walaupun begitu, hari ini masyarakat eropa atau barat sedang menuju pada ketidakpuasan yang sama yang di miliki oleh orang orang asia. dan semakin hari semakin banyak menumbukan generasi yang muak terhadap zamannya namun tak memiliki dasar keagamaan atau intelektualitas yang kuat.
Karen armstrong pernah mengatakan ateisme modern cenderung membabi buta tanpa tahu apa yang sedang mereka serang. seakan akan mereka membenci tanpa dasar dengan pengetahuan yang tak memadai mengenai musuhnya yaitu, teisme modern. anehnya teisme modern pun tak memiliki kualitas yang cukup untuk menyerang balik ateisme modern. terbukti meraka selalu gagap dan banyak ketinggalan banyak hal seperti yang pernah diungkapkan oleh john f haught. akhirnya ateisme dan teisme sama sama menunjukkan ketidakmampuannya masing masing dalam menyerang kelemahan kelemahan lawannya. yang kita lihat akhirnya hanya saling benci, melempar cacian dan olok olok dan selalu diiringi dengan hinaan hinaan. dan anehnya hal itu terus berlanjut tanpa mereka mau merubahnya. dan yang paling sering adalah kedua belah pihak sering mengelak dan berputar putar tak jelas saat tak mempunyai bahan untuk mempertahankan posisinya masing masing. hal yang paling membuat malu adalah kebanyakan tak mau mengakui kalah. mereka yang kalah tak mempunyai cukup bukti atau alasan untuk mempertahankan apa yang diyakini lebih memilih menghilang, kabur dan bungkam atau malah menghina tanpa sebab yang jelas. inilah kondisi tragis ateisme dan teisme yang ada di indonesia.
Ateisme di indonesia itu unik. ateisme yang tak mau mencabut akar tubuh dan jiwanya yang pernah dibesarkan di tempat ia dilahirkan. begitu juga teisme di negeri ini. teisme yang bahkan kadang terlihat menyerupai ateisme dalam banyak hal. ateisme dan teisme di indonesia akhirnya hanya jatuh dalam kebingungan sempurna.
Hari datang dan pergi begitu cepatnya. aku bertemu orang orang, berdiskusi, masuk sana sini dan lain sebagainya namun yang aku dapat masih sama. ketidakjelasan di kedua belah pihak. bahkan yang sering aku lihat mereka semua sudah tak ambil perduli mengenai posisi masing masing dan melakukan hidup sesuka hati dan berubah rubah sesuai keinginannya. besok menjadi pendukung ateisme, dan besoknya lagi menjadi pendukung teisme atau kadang menyingkir diantara keduanya dan selalu berputar putar seperti itu.
lalu diriku sendiri? aku mengakui, aku sedang di posisi yang sama membingungkannya. posisi yang bahkan aku tak tahu aku berada di mana. aku mencoba untuk jujur terhadap diriku sendiri. terlalu banyak aku lihat orang yang mencoba menutupi kebobrokannya karena takut dianggap tak beradab karena ia seorang teis atau sebaliknya seorang ateis yang takut dianggap memalukan karena ia masih percaya akan takhayul. ateisme dan teisme yang ada di indonesia itu membingungkan. sebuah dunia yang hanya berisi caci maki yang tak pernah mau bangun dari kehilangan diri yang berantakan. dunia yang membingungkan dan tak pernah jelas.
Grobogan, minggu 29 juli 2012
19:31
Pernah mencari tahu pihak mana yang lebih dulu mencaci dan memaki?