Membaca Al Quran Di Kuburan

Posted in Kamis, 19 April 2012
by Unknown



Madzhab Imam Syafii dalam membaca Alquran di kuburan/makam bagi si mayyit.
Memebaca Al Quran Di Kuburan
Membaca Al Quran Di Kuburan

 Dalam kitab fathul mu'in, satu kitab Syafiiyah yg masyhur.

 و يسن كما نص عليه ان يقرأ من القران ما تيسر على القبر فيدعو له مستقبلا للقبلة

 "Dan disunnahkan sebagaimana digariskan Imam Syafi'I untuk membaca Alquran yg terasa mudah diatas makam, lalu menghadap kiblat memanjatkan do'a untuk si mayit".

 Rosulullah saw bersabda,

 حياتي خير لكم ومماتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم , تعرض أعمالكم عليّ فإن وجدت خيرا حمدت الله و إن وجدت شرا استغفرت الله لكم.

 "Hidupku lebih baik buat kalian dan matiku lebih baik buat kalian. Kalian bercakap-cakap dan mendengarkan percakapan. Amal perbuatan kalian disampaikan kepadaku. Jika aku menemukan kebaikan maka aku memuji Allah. Namun jika menemukan keburukan aku memohonkan ampunan kepada Allah buat kalian"

 (Hadits ini diriwayatkan oelh Al Hafidz Isma’il al Qaadli pada Juz’u al Shalaati ‘ala al Nabiyi Shollalahu alaihi wasallam. Al Haitsami menyebutkannya dalam Majma’u al Zawaaid dan mengkategorikannya sebagai hadits shahih)

 Rosulullah saw bersabda,

 (ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عليه إلا استأنس ورد عليه حتي يقوم)

" Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya untuk mendoakannya, kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu".
 (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah dalam kitab Al-Qubûr).

 Rosulullah saw bersabda,

 (ما من أحد يمربقبر أخيه المؤمن كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا عَرَفَهُ ورد عليه السلام)

 "Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu".

 (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).

 Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

 إن أعمالكم تعرض على أقاربكم وعشائركم من الأموات فإن كان خيرا استبشروا، وإن كان غير ذلك قالوا: اللهم لا تمتهم حتى تهديهم كما هديتنا)

 "Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga kalian yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata:
 Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami"
(HR. Ahmad dalam musnadnya).

 Ada juga yang menanggapinya dengan menyampaikan firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):

 Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya
 (QS Az Zumar [39]:3)

 Ini adalah contoh hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi. Perkataan orang kafir ditimpakan kepada kaum muslim. Kaum Zionis Yahudi memotong firman Allah sehingga timbul kesalahpahaman yang akan menimbulkan perselisihan di antara kaum muslim.

 Ayat selengkapnya yang artinya, “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar" (QS Az Zumar [39]:3)

 Jadi yang berkata "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya" adalah kaum musyrik dan ditegaskan bahwa mereka berdusta dengan perkataannya , berdasarkan bagian akhir dari ayat tersebut "Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar" (QS Az Zumar [39]:3)

 Sedangkan kaum muslim dan para Sahabat yang bertawassul dan bertabarruk di makam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidaklah menyembah kepada kuburan namun berdoa kepada Allah dengan perantaraan (washilah) maqom (derajat) keutamaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam disisi Allah Azza wa Jalla

 Tanggapan yang cukup parah adalah, ada yang berpendapat bahwa dikarenakan berpegang kepada hadits Rasulullah sehingga timbul perselisihan di antara kaum muslim , lebih baik berpegang kepada Al Qur’an saja.

 Pendapat seperti itu, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai salah satu tanda akhir zaman.

 Dari Miqdam bin Ma’dikariba Ra. ia berkata: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Hampir tiba suatu zaman di mana seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di atas kursi kemegahannya, lalu disampaikan orang kepadanya sebuah hadits dari haditsku maka ia berkata: “Pegangan kami dan kamu hanyalah kitabullah (Al-Qur’an) saja. Apa yang dihalalkan oleh Al-Qur’an kami halalkan. Dan apa yang ia haramkan kami haramkan”. (Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melanjutkan sabdanya): “Padahal apa yang diharamkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam samalah hukumnya dengan apa yang diharamkan Allah Subhanhu wa Ta’ala”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

 Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda; “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipuan. Pada waktu itu si pendusta dikatakan benar dan orang yang benar dikatakan dusta. Pengkhianat akan disuruh memegang amanah dan orang yang amanah dikatakan pengkhianat. Dan yang berkesempatan berbicara hanyalah golongan “Ruwaibidhah”. Sahabat bertanya, “Apakah Ruwaibidhah itu hai Rasulullah?” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Orang kerdil, hina dan tidak mengerti bagaimana mengurus orang banyak.” (HR. Ibnu Majah)

 Dari Ali bin Abi Thalib Ra. ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.: “Sudah hampir tiba suatu zaman, kala itu tidak ada lagi dari Islam kecuali hanya namanya, dan tidak ada dari Al-Qur’an kecuali hanya tulisannya. Masjid-masjid mereka indah, tetapi kosong dari hidayah. Ulama mereka adalah sejahat-jahat makhluk yang ada di bawah kolong langit. Dari merekalah keluar fitnah, dan kepada mereka fitnah itu akan kembali .” (HR. al-Baihaqi)