Cahaya yang Terus Bersinar

Posted in Selasa, 23 Agustus 2011
by Unknown


Hidup yang sesungguhnya bukanlah sekedar kehidupan di dunia. Tetapi kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan akhirat yang akan kekal selamanya.

Kehidupan di dunia adalah kehidupan yang penuh lorong-lorong panjang berliku. Untuk bisa selamat dan sukses melaluinya diperlukan cahaya-cahaya yang bisa menerangi sepanjang jalan-jalan itu.

Cahaya itu adalah ilmu. Ilmu yang membuat kita bisa tetap berada pada jalur yang benar dan semestinya. Ilmu yang membuat kita senantiasa tahu dan sadar tentang hakikat sesungguhnya siapa diri kita. Ilmu yang mengantarkan kita pada penghambaan secara total kepada Alloh Sang Pencipta Alam Semesta.

Namun tidak selamanya ilmu yang telah kita punya tetap memancarkan cahaya dengan kuatnya. Karena bisa jadi cahaya itu menjadi semakin berpudar untuk pada akhirnya bisa benar-benar padam.

Tahukah anda apa yang membuat cahaya itu menjadi tidak lagi bisa bersinar ? Maksiat ! Kedurhakaan kepada Alloh SWT. Karena kedurhakaan kepada Alloh SWT adalah noda-noda hitam yang sedikit demi sedikit akan menutup sumber pancaran cahaya.

Sayang sekali jika mutiara yang sudah ada dalam genggaman berubah menjadi sesuatu yang tidak lagi ada nilainya. Atau lebih ekstrim lagi, menjadi racun dan bumerang yang sangat membahayakan diri sendiri dan ummat. Yaitu ketika ilmu yang dimiliki malah digunakan untuk menipu orang-orang di sekitar.

Mungkin bukan menipu dalam arti harfiah yang dilakukan secara kasat mata. Tapi menipu dalam bentuk penampilan diri di hadapan orang banyak sebagai seorang berilmu yang bisa dipandang untuk menjadi panutan. Padahal pada sesungguhnya semua gerak-gerik yang diperbuat bukanlah semata untuk menjalankan tuntunan Alloh dan Rasululloh berdasar ilmu yang dimilikinya tetapi ada tujuan-tujuan tersembunyi yang timbul dari hawa nafsu.

Tetap Bersilaturrahmi dengan Guru.

Senantiasa bersilaturrahmi dan berhubungan baik dengan guru adalah salah satu cara paling ampuh untuk bisa menjaga agar ilmu yang kita punya terus memancarkan cahayanya. Karena dengan begini kita akan terus mempunyai hubungan yang bersifat keilmuan. Insya Alloh, kita akan senantiasa diingatkan akan bagian ilmu yang kita lupa bahkan kita bisa terus menambah yang kita punya.

Jadi, bahwa mencari ilmu itu adalah dari sejak dalam buaian sampai ke liang lahad bukan lagi sekedar slogan. Tapi benar-benar diamalkan. Sehingga fadlilah tholabil ‘ilmi tetap didapatkan (anda tentu masih ingat bahwa para Malaikat merentangkan sayap untuk menaungi orang-orang yang berjalan mencari ilmu, demikian juga ikan-ikan di lautan yang membacakan istighfar untuk mereka).

Banyak sekali dari alumni Pesantren yang setelah keluar dari Pesantren tak lagi pernah bersilatur rahmi dengan para gurunya di Pesantren. Sangat disayangkan mengingat bahwa sesungguhnya kita sebagai santri telah diberi fadlol karunia oleh Alloh SWT. Ia telah memilih kita untuk mendapatkan lebih dari yang umumnya didapat oleh orang-orang.

Kalau umumnya orang hanya dikaruniai orang tua kandung maka kita sebagai santri dikarunia orang tua kandung sebagai orang tua jasmani dan dikarunia guru sebagai orang tua ruhani.

Bagi anda para alumni Pesantren yang tetap tak pernah merasakan halawah ‘ibadah manisnya ibadah, tak pernah merasakan hangatnya air mata bercucuran ketika sedang sujud yang bahkan telah anda lakukan di setiap tengah malam, jarang sekali merasakan rohah ketentraman hati dalam keseharian padahal bermacam harta dunia sudah ada dalam genggaman, cobalah lihat ! jangan-jangan anda telah melupakan orang tua jiwa anda. Guru yang dengan ikhlas telah mengajari anda makna sesungguhnya kalimat Tauhid yang menjadi kunci ibadah dan kunci surga.

Jadi jangan salahkan siapa atas bermacam kebuntuan yang anda alami, dzohir maupun batin. Karena sesungguhnya anda sendirilah yang telah menutup pintu-pintunya …