Cara mengobati benci celaan atau kritikan

Posted in Senin, 29 Agustus 2011
by Unknown
Oleh Anggota WLML


Orang yang mencela atau mengkritikmu tidak lepas dari tiga keadaan :

1. Terkadang apa yang dikatakannya padamu adalah benar dan ia bertujuan menasehatimu dan kasih sayang.

2. Apa yang dikatakannya padamu adalah benar tapi ia bertujuan menyakitimu.

3. Apa yang dikatakannya padamu tidak benar.

Cara menyikapi semuanya :

1. Jika ia benar dan bertujuan menasehatimu, maka tidak sepatutnya kamu mencelanya atau memarahinya. Bahkan seharusnya kita mengikuti ucapannya, karena orang yang telah memberikan aib-aib kita maka sama halnya ia telah memberitahukan kita perkara yang akan mencelakakan kita untuk kita hindari. Maka seharusnya kita senang dan sibuk menghilangkan sifat tercela itu dari diri kita. Kesusahan dan kebencianmu karena kritikan itu adalah puncak kebodohan.

2. Jika ucapannya benar tapi tujuannya menyakitimu, maka kamu telah mendapat manfaat sebab ucapannya, karena ia telah menunjukkan aibmu jika kamu tidak mengetahuinya atau ia telah mengingatkan aibmu jika kamu lupa darinya atau menjelek-jelekkan aibmu di hadapanmu supaya kamu semangat untuk menghilangkannya. Semua itu sebab kebruntunganmu dan kamu telah mendapat faedah darinya, maka sibuklah mencari keberuntungan. Sungguh telah di buka untukmu sebabnya melalui apa yang kamu dengar dari celaan / kritikan.

Ketika kamu hendak masuk ke istana presiden, dan pakaianmu berlumuran dengan kotoran sedangkan kamu tidak mengetahuinya, jika kamu tetap masuk dalam keadan seperti itu, maka sudah pasti kamu akan dimarahi oleh presiden (orang nomer satu di negaramu). Lalu ada yang berkata kepadamu “ Wahai orang yang berlumuran kotoran, bersihkan dirimu ! “, maka sebaiknya kamu berbahagia dengannya karena kesadaranmu sebab ucapannya adalah suatu keberuntungan. Dan semua akhlak tercela merupakan penghancurmu di akherat dan manusia tidak akan mengetahuinya kecuali dari ucapan musuh-musuhnya.

3. Jika ia berdusta dengan mencela apa yang tidak ada dalam dirimu, maka sebaiknya kamu jangan membencinya atau sibuk dengan celaan itu. Akan tetapi berfikirlah di dalam tiga perkara ini :

Pertama : Jika kamu terlepas dari aib itu, maka belum tentu kamu terlepas dari aib lain yang sepertinya. Apa yang Allah rahasiakan dari aib-aibmu masih lebih banyak, maka bersyukurlah kamu kepada Allah karena Dia tidak menampakkan aib-aib itu kapada orang lain yang mencelamu.

Kedua : Celaan itu kepadamu merupakan penebus dosa-dosamu. Seakan-akan ia memuduhmu dengan aib yang engkau terlepas darinya dan membersihkanmu dari dosa-dosa yang engkau berlumuran dengannya. Dan semua orang yang menggunjingmu maka ia telah memberikan kebaikannya kepadamu. Maka bagaimana engkau bisa sedih mendapatkan kebaikan yang dapat mendekatkanmu kepad Allah, sedangkan engkau mengaku cinta kedekatan kepada Allah ?

Ketiga : Orang kasihan yang mencelamu itu telah melakukan kesalahan pada Agamanya, hingga jatuh dari pandangan Allah dan mencelakakan dirinya dengan sebab kedustaannya serta akan menerima azdab-Nya yang sangat pedih. Maka sebaiknya kamu jangan marah kepadanya karena Allah telah murka kepadanya, sehingga syaitan memburuk-burukkan saudaramu itu di dalam hatimu hingga engkau mendoakan jelek kepadanya. Tapi doakanlah baik padanya “ Ya Allah perbaikilah ia, ampunilah kesalahannya, rahmati ia, sadarkanlah ia “. Sebagaimana doa Rasulullah Saw “ Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku karena mereka sesungguhnya tidak mengetahui “, ketika mereka memecahkan gigi beliau, melukai wajahnya dan membunuh pamannya Hamzah saat perang uhud. Ibrahim bin Adham mendoakan ampunan kepada orang yang telah memukul kepalanya hingga berdarah. Ketika beliau ditanya, beliau menjawab “ Aku telah mendapat pahala sebabnya, dan mendapat kebaikan, maka aku tidak rela ia mendapat siksa karena aku “.
(Ihya Ulumuddin juz 3)