BERGURU PADA SETAN DI LARANG

Posted in Selasa, 05 Juli 2011
by Unknown



Shufi atau Ketashowwufan adalah sebuah dilematik, jika ia sering di bicarakan akan semakin banyak pertanyaan yg bermunculan, dan semuanya itu membuat  jerat2 ketidak percayaan, kecurigaan dan bahkan sampai ke tingkat pelecehan.

Rasa penasaran akan suatu ilmu tentu membuat pihak yg semestinya bertanggung jawab menyampaikan untuk menerangkan, namun jawaban memuasakan tak akan pernah di raih oleh orang yg dalam olah rasanya masih dangkal dan belum cukupnya mental.

Cara Instan untuk menerjemahkan lakon, ucapan dan tingkah laku Para Shufi dg hanya membaca, hanya akan menimbulkan rabaan2 yg buram.
Tak jarang, ketidak siapan pembaca dalam Ilmu Dlohir akan berubah menjadi kebencian,  di sinilah letak peran penting seorang Guru yg sebelumnya Si Murid haruslah meletakkan Ego membuang curiga, menutup walaupun sepercik kesombongan agar terbukanya keruhanian.

Akhir dari kata adalah jangan sembarangan membaca Kitab2 Tashowwuf sendirian, apalagi hanya mengandalkan terjemahan, karena si setan akan leluasa beraksi untuk mempermainkan pikiran dg segala macam tipuan.

Para Ulama terlebih dulu memperingatkan akan hal itu jauh pada saat Ilmu Tashowwuf belum menjadi menu utama perpustakaan, antara lain adalah Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al Malibari dalam Kitab Hamisy I’anath Ath Tholibin hal 134 juz 4 yitu sebuah catan yg harus di perhatikan:

يحرم على من لم يعرف حقيقة اصطلاحهم وطريقتهم مطالعة كتبهم فإنها مزلة قدم له ومن ثم ضل كثيرون اغتروا بظواهرها

“Bagi Orang yg tidak faham isthilah Isthilah ahli Ma’rifat dan Thoriqot yg di jalani Mereka, sama sekali tidak di perbolehkan membaca karya2 Mereka. Karena banyak sekali orang yg terjerumus dg hanya memandang DLOHIRNYA kata2 Mereka”

Tidak ketinggalan Seorang Tokoh Kharismatik pemikul Ilmu Dlohir dan Bathin yaitu Syaikh Ibnu Hajar Al Haytami dalam Kitab Al Fatawa Al Haditsiyyah hal 210 ketika di Tanya bagaimana hukumnya membaca Kitab2 Tashowwuf semacam Syaikh Muhyiddin Ibnu ‘Aroby yg fenomenal dan kontroversi itu Beliau mengatakan:

فأجاب بقوله الذي اثرناه عن أكابر مشايخنا العلماء الحكماء الذين يستسقى بهم الغيث وعليهم المعول وإليهم المرجع في تحرير الأحكام وبيان الأحوال والمعارف والمقامات والاءشارات أن الشيخ محي الدين بن عربي من أولياءالله تعالى العارفين ومن العلملء العاملين وقداتفقوا على أنه كان أعلم أهل زمانه بحيث أنه كان في كل فن متبوبا لاتابعا, وأنه في التحقيق والكشف والكلام على الفرق والجمع بحر لا يجارى وإمام لا يغالط ولا يمارى وأنه أورع زمانه, وألزمهم للسنة وأعظمهم مجاهدة ومنه أنه لما صنف كتابه "الفتوحات المكية" وظعه على ظهر الكعبة ورقا من غير وقاية عليه فمكث على ظهرها سنة لم يمسه مطر ولا أخذ منه الريح ورقة واحدة مع كثرة الرياح والأمطار بمكة فحفظ الله كتابه هذا من هذين الضدين دليل وعلامة على أنه تعالى قبل منه ذالك الكتاب وأثابه عليه وحمد تصنيفه له فلا ينبغي التعرض للإنكار عليه فإنه السم القاتل لوقته كما شاهدناه وجريناه في أناس حق عليهم من المقت وسوء العقاب.
وأما مطالعة كتبه رضي الله عنه فينبغي للإنسان أن يعرض عنها بكل وجه أمكنه فإنها مشتملة على حقائق يعسر فهمها إلا على العارفين المتضلعين من الكتاب والسنة المطلعين على حقائق المعارف وعوارف الحقائق

Beliau menjawab: “Menurut keterangan yg aku kutipm dari Guru2ku, para ‘Ulama yg bijak yg menjadi penyebab di turunkannya hujan, yg menjadi tumpuan dan rujukan segenap Ummat dalam memecahkan hukum2 Agama dan di dalam menjelaskan Ahwal (Laku) Ma’arif (kebagusan dalam pengenalan kepada Allah) , Maqomat (Kriteria) dan Isyarot2 (Rahasia yg tersirat), bhw sesungguhnya Syaikh Muhyiddin bin ‘Aroby itu termasuk golongan Auliya Al ‘Arifin (Wali yg ahli M’arifat) , Ulama ‘Amilin dan merekapun telah sepakat mengenal predikat Beliau sebagai Orang paling ‘Alim di Zamannya. Sehingga Beliau menjadi Panutan dalam segala cabang Ilmu dan bukan sebagai Pengikut>
Di dalam masalah pendalaman Ilmu Kasyaf, dan yg terkait dg pembedaan maupun penyamaan, Beliau ini laksana GELOMBANG LAUTAN YG TIDAK MUNGKIN DI IKUTI sebagai seorang Imam yg tidak pernah bersalah dan tidak terbantah Hujjah2nya. Selain itu Ibnu ‘Arobi terkenal sebagai Ulama yg paling wira,I pada zamannya, paling konsis dg As Sunnah dan juga paling kuat Mujahadahnya.

Termasuk tanda kebesarannya itu adalah ketika Beliau menulis Kitabnya “Al Futuhatul Makkiyyah” , Kitab ini di letakkan di di belakang (atas) Ka’bah kurang lebih setahun,  ternyata kitab ini sama sekali tidak tersentuh air Hujan dan juga tidak di kaburkan angin. Padahal waktu itu di Makkah lagi banyak Hujan dan Angin kencang.  Penjagaan Allah dari Hujan dan Angin cukup sebagai bukti  dan tanda di terimanya Kitab itu di sisi Allah, mendapatkan pahala dan pujian yg layak. Oleh karena itu jangan sekali2 ingkar dg isi kitab itu, karena hala itu akan menjadi racun yg siap membinasakan pada waktu itu juga (Lihatlah para wahabi yg semakin getol memerangi para Shufi). Saya sendiri (Ibnu Hajar) telah melihat dan menyaksikan bencana dan keburukan Adzab yg di timpakan kepada mereka yg ingkar terhadap isi kitab kitb karya Ibnu ‘Aroby.
Adapun mengenahi membaca Kitab2 karya Beliau sebauknya di hindari saja baik dg alas an apapun”

 baca juga yg ini