Bertengkar dg Baik dan Benar?

Posted in Sabtu, 02 Juli 2011
by Unknown



Ketika membaca note Ust. A. Milady ttg nasehat perkawinannya, saya seperti diingatkan kembali pd satu kenyataan bhw ternyata org2 terdekat yg mengaku saling mengasihi adalah justru yg paling sering bertengkar. Sebut saja, antara lain, saudara, teman dekat, suami istri, dll.

Seharusnya ini bukan sebuah paradoks atau sikap ambivalensi yg menempel dlm kata "cinta". Perasaan kasih dan sayang sering mengambil bentuk sikap terlalu melindungi dan memberi perhatian lebih hingga kepada hal2 kecil dn remeh. Sejujurnya, kita lebih kerap bertengkar justru oleh sebab remeh temeh tadi. Yang perlu diingat, pertengkaran yg terlalu sering dan yg selalu diwarnai dg saling menyakiti perasaan akan merusak hubungan di antara mereka yg sebelumnya "saling berbagi kasih" itu. Tak jarang pula, pertengkaran tsb dilakukan spt disebut dlm salah satu bait syair lagu Careless Whisper, "to hurt each other with the things we want to say", yg artinya kurang lebih: saling ingin menyakiti dg kata2 yg kita lontarkan. Bayangkan jk itu terjadi berulang2, terus...dan terus....

'Cilaka'nya, pertengkaran termasuk "gawan bayi" hidup berumahtangga. Sebenarnya, tak mengapa bertengkar asal dilakukan dg kesadaran penuh hendak menyelesaikan permasalahan. Tidak juga menjadi masalah apabila sesudah pertengkaran, dilanjutkan dg saling menyadari kesalahan dan menerima kekurangan diri, saling memaafkan, dan--biasanya--akan menambah kemesraan dr sebelumnya. Point-nya adlh tidak membiarkan masalah menggantung dan pertengkaran menjadi berlarut2. Jadi, perlu siasat jitu utk melalui situasi dg selamat.

Sekadar sharing kecil2an, berikut ini beberapa tips bertengkar yg--insyaallah--dpt menyelamatkan hubungan (dlm hal ini) suami-istri.

1. Tidak marah atau kesal berbarengan. Marah bisa disebut sbg salah satu respon perasaan atas sesuatu yg tidak disukai. Marah jg sering mjd biang keladi pertengkaran. Dan, pertengkaran dapat mjd hebat dan tdk habis2 gara2 keduanya tersulut kemarahan. Tensi pertengkaran meningkat mengikuti suhu kemarahan. Meskipun dmk, ajaibnya, fluktuasi eskalasinya sangat sensitif thd perubahan suhu tsb. Jk terdapat dua org yg saling berteriak dlm kemarahan, perubahan dpt dilakukan cukup dg meredam kemarahan salah satu pihak. Maka utk menghindari pertengkaran yg tak terkendali, sebaiknya tidak marah pd wkt bersamaan. Salah seorang hrs dpt menahan diri utk tidak marah. Biarkanlah yg paling "berhak" melakukannya, sedang yg terkena "dampak" cukup memahaminya dan menahan diri. Jk diperlukan, dpt mengatur jadwal "shift" marah yg disepakati berdua. Misal, Senin, Rabu, Jumat adl jatah suami. Lantas, Selasa, Kamis, dan Sabtu adl bagian istri. Minggu? Gencatan senjata, bro....

2. Tidak bersuara keras atau berteriak. Apabila terlanjur marah dan bertengkar, usahakan utk tdk mengeraskan suara. Jangan sampai anak2 juga para tetangga mengendusnya. Hmmmm.....bisa gawat. Usahakan bersuara rendah asal terdengar lawan bicara. Jk cukup dg berbisik, kenapa hrs berteriak? Suara rendah terbukti mampu membuat kerja jantung lebih rileks dan menenangkan aliran darah. Bayangkan dua org adu teriak dlm kemarahan. Apa yg akan terjadi? Anak2 ketakutan dan trauma, tetangga berkerumun di pintu rumah (sebagian mereka akan menganggapnya gila), dan tentu berisiko thd jantungnya. Andai masih memiliki rasa malu, percayalah, peristiwa itu tak akan terlupa sepanjang hayat. Bisa runyam, bukan? Maka, bertengkarlah dg cara yg tdk mengganggu ketenangan dan ketenteraman lingkungan sekitarrrr......

3. Tidak membawa kemarahan keluar rumah. Kalau toh hawa kemarahan begitu menggelegak, sedapat mungkin tdk membawanya keluar rumah. Seperti apapun pertengkaran yg terjadi, tetap dilakukan di rumah sendiri. Jk Anda terpaksa hrs keluar utk suatu keperluan, tenangkan diri terlebih dahulu. Hindari display kemarahan dilihat orang. Terlalu banyak risiko yg akan dihadapi bila rasa marah sampai "lepas" ke jalan. Wajah tak sedap anda akan menimbulkan tanda tanya para tetangga. Selain itu, ingatlah pepatah "apapun bisa terjadi di jalanan", demikian pula dampak kemarahan yg kita bawa2 keluar rumah. Mulai dr kehilangan kontrol akal sehat di jalan raya, hingga curhat bukan pada tempatnya, dpt saja terjadi. Berbagai kasus perselingkuhan biasa diawali dg kasus serupa ini. Permasalahan rumahtangga sepatutnya diselesaikan di rumah, bukan di luar rumah. Sekali dia lepas, bagai binatang buas lepas kandang, Anda akan menemui kesulitan menjinakkannya. Waspadalah...setan ada di mana2.

Ini hanyalah bbrp tips utk mereka yg tdk dpt mencegah terjadinya pertengkaran. Tapi, siapa yg bisa? Dan semoga--jk terjadi--pertengkaran kita menjadi kembang dan bumbu perkawinan yg akan menambah kemesraan bersama keluarga tercinta!

Wallahu a'lam
Semoga bermanfaat.