SILSILAH WALI 9

Posted in Rabu, 13 Juli 2011
by Unknown
~SILSILAH AULIYA'IT TIS'AH~

Bermula silsilah wali songo ditemukan oleh sayid Ali bin Ja’far Assegaf pada seorang keturunan bangsawan Palembang. Dalam silsilah tersebut tercatat tuan Fakih Jalaluddin yang dimakamkan di Talang Sura pada tanggal 20 Jumadil Awal 1161 hijriyah, tinggal di istana kerajaan Sultan Muhammad Mansur mengajar ilmu ushuluddin dan alquran. Dalam silsilah tersebut tercatat nasab seorang Alawiyin bernama sayid Jamaluddin Husein bin Ahmad Jalaluddin bin Abdullah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi 'Ammul Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath, yang mempunyai tujuh anak laki. Di samping itu tercatat pula nasab keturunan raja-raja Palembang yang bergelar pangeran dan raden, nasab Muhammad Ainul Yaqin yang bergelar Sunan Giri.

Sebagaimana telah diketahui bahwa keturunan Alawiyin yang berada di Indonesia berasal dari Hadramaut.

Imam Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath dijuluki Ammu al-Faqih, dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama Abdul Malik, Abdullah, Abdurahman dan Ahmad. Dari Abdul Malik Azmatkhan inilah, yang keturunannya dikenal dengan "AZMATKHAN", menurunkan leluhur wali songo di Indonesia.
Abdul Malik bin Alwi lahir di kota Qasam pada 26 Jumadil Akhir 574 hijriyah. Ia meninggalkan Hadramaut pergi ke India bersama para sayid Alawiyin. Di India ia bermukim di Nashrabad. Ia mempunyai beberapa orang anak lelaki, diantaranya sayid Abdullah Amir Khan. Sayid Abdullah Amir Khan mempunyai anak bernama Amir al-Mu’azhom Syah Maulana Ahmad Jalaluddin. Beliau dikarunia anak bernama Jamaluddin Husein yang datang ke pulau Jawa dari Champa (Kamboja)., Jamaluddin Husein hijrah ke Jawa bersama ketiga saudaranya yaitu syarif Qamaruddin, syarif Majduddin dan syarif Tsana’uddin pada akhir abad ke 7 hijriyah.

Di Kemboja Jamaluddin Husein menikahi anak seorang raja di negeri itu dan mempunyai anak yang diantaranya bernama Ali Nurul Alam (Maulana Israel) dan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi).

Menurut sayid Ahmad bin Abdullah Aseggaf dalam kitabnya Khidmah al-Asyirah, Ali Nurul Alam (Maulana Israel)dikarunia anak bernama Abdullah Umdatuddin. Dari Abdullah inilah dikarunia anak bernama Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sedangkan Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)bersama ayahnya meninggalkan negerinya ke tanah Aceh. Di Aceh beliau menggantikan ayahnya dalam kegiatan menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk. Sedangkan ayahnya Jamaluddin Husein meneruskan perjalanan ke tanah Jawa. Mereka mendarat di pesisir pantai Semarang, kemudian melalui jalan darat tiba di Pajajaran. Saat itu adalah akhir masa raja-raja Pajajaran yang kekuasaannya berpindah ke tangan Majapahit.

Dari Pajajaran Jamaluddin Husein melanjutkan perjalanannya ke Jawa Timur dan tiba di Surabaya. Ketika itu Surabaya masih merupakan sebuah desa kecil, tidak banyak penduduknya, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Pada masa itu desa tersebut dikenal dengan nama Ampel.

Di desa itulah sayid Jamaluddin Husein menetap. Setelah satu setengah tahun di Ampel, bersama para pengikutnya beliau melakukan perjalanan ke Sulawesi dan setibanya di tanah Bugis, beliau wafat di kota Wajo.

Ibrahim al-Ghazi (Ibrahim Zainuddin Akbar Asmaraqandi)yang berada di Aceh sering melakukan perjalanan ke negeri Champa (Kamboja) dan menikah di sana. Beliau dikarunia empat orang anak yaitu Fadhal Ali Murtadha (Raja Pandita/Raden Santri), Maulana Ishaq, Maulana Rahmatullah (Sunan Ampel)dan Syarifah Zainab.

Fadhal Ali Murtadha kemudian menikah dengan Syarifah Sarah (Putri dari Maulana Malik Ibrahim bin Barakat Zainul Alam dari Istri pertamanya yang bernama Syarifah Fathimah binti Sayyid Ali Nurul Alam) dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu: Utsman Haji (Sunan Ngudung), Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Sunan Geseng.
Dan Sunan Ngudung memiliki 2 anak yaitu Sayyid Ja'far Shadiq yang bergelar Sunan Kudus. dan Syarifah Dewi Sujinah yang menikah dengan Sunan Muria.

Maulana Ishaq kemudian menyebarkan agama Islam di tanah Malaka, Penang dan Riau. Sayid Maulana Ishaq kemudian pindah ke Blambangan (Sekarang daerah Banyuwangi). Beliau dinikahkan oleh salah seorang puteri raja Blambangan. Dari perkawinannya Maulana Ishaq mempunyai seorang anak bernama Sayid Ainul Yakin (Sunan Giri/Raden Paku). Kemudian Maulana Ishaq meninggalkan bumi Blambangan, dan menuju ke Pasai, di Pasai, ia menikah dengan Syarifah pasai dan dikaruniai 2 anak, yaitu Syarifah Sarah (yang kemudian menikah dengan Sunan Kalijaga), dan Sayyid Abdul Qadir.

Sunan Ampel menikah dengan dua isteri, Isteri pertama bernama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo Al-Abbasyi, memiliki 5 anak yaitu: 1. Maulana Mahdum Ibrahim alias Raden Mahdum Ibrahim alias Sunan Bonang, 2.Syarifuddin alias Raden Qasim alias Sunan Derajat, 3.Siti Syari’ah alias Nyai Ageng Maloka alias Nyai Ageng Manyuran, 4.Siti Muthmainnah, 5. Siti Hafsah.
Sedangkan Isteri kedua dari Sunan Ampel bernama Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, dikaruniai 6 orang anak, yaitu:1. Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri, 2. Dewi Murtasimah alias Asyiqah (Istri Raden Fattah), 3.Raden Husamuddin (Sunan Lamongan, 4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak, 5. Pangeran Tumapel, 6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2.

Adapun Syarifah Zainab binti Ibrahim Zainuddin Akbar (adik dari Sunan Ampel) menikah dengan Sayyid Ahmad bin Syekh Subakir yang bergelar Raden Sahur (Tumenggung Wilatikta)dan dikaruniai 2 anak yaitu Raden Syahid (Sunan Kalijaga) dan Syarifah Fathimah.

Keturunan Wali Songo sampai sekarang masih ada, mereka menggunakan FAM KESAYYIDAN, Yaitu "AZMATKHAN".

Seorang peneliti Sejarah Wali Songo, yang juga merupakan keturunan Sunan Kudus, yaitu As-Sayyid Al-Habib Bahruddin Azmatkhan mengumpulkan data-data keturunan Wali Songo sampai sekarang, catatannya berisi: Nasab Wali Songo, Nasab Para Raja Islam Nusantara, Nasab Para 'Alawiyyin Al-Hasani dan al-Husaini. Sekarang catatan itu diwariskan kepada cucunya yang bernama Asy-Syaikh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Ba'alawi Al-Husaini (Sekarang beliau adalah Mursyid Thariqah Wali Songo).