oleh 'Ashfi Raihan
al-Durar al-Saniyyah fi al-Ajwibah al-Najdiyyah, Cetakan Dar al-Qasim, vol.10, hal.355.
Setelah ia menjelaskan ihwal keburukan orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang Musyrik akhirnya ia (Abdurrahman bin Hasan; cucu Muhammad bin Abdil-Wahhab -tergolong Alu Syeikh-) masih merasa kurang jika tidak memurtadkan Imam al-Razi. Ia menuliskan risalah bahwa;
Ada hal yang lebih buruk dari itu semua yaitu dari kalangan mereka (orang-orang kafir) ada yang menuliskan karya -yang termasuk- dalam agama orang-orang musyrik dan murtad dari agama Islam, sebagaimana halnya al-Razi menulis bukunya tentang penyembahan gugusan bintang dan dia (al-Razi) menggunakan dalil-dalil untuk -mendukung- kebaikan dan manfaat dari karyanya sekaligus dia menganjurkan untuk hal itu (mempelajari dan mengambil manfaatnya). Hal ini -seperti apa yang dilakukan al-Razi- berdasarkan kesepakatan umat muslim adalah kemurtadan dari agama Islam, meskipun pada akhirnya dia balik ke agama Islam.
Poin-poin dari risalah ini adalah:
- Kata "Anna Min Hum" (sesungguhnya dari kalangan mereka). Di sini terdapat Huruf Jar yaitu "Min" (dari) yang berfaedah Tab'idh (sebagian). Jadi, Isim Mu'akhkhar dari Inna yaitu "Man" yang terdapat setelah Khabar Inna Muqaddam (dalam hal ini jumlah Jar dan Majrur -Minhum-) adalah bagian dari kata "Hum" (mereka: marja'nya adalah yahudi, nasrani). Jadi orang yang menulis karya semacam ini adalah bagian dari orang-orang kafir seperti Yahudi dan Nasrani.
- Kata "Kama Shannafa al-Razi" (sebagaimana yang ditulis oleh al-Razi). Di sini terdapat Huruf Jar yaitu "Kaf" (seperti, sebagaimana) yang berfaedah Tasybih karena merupakan Adat Tasybih seperti kata Mitsl. Maka dalam hal ini Imam al-Razi berada pada posisi al-Musyabbah (orang yang diserupakan), sementara kata "Man" (orang) yang merupakan bagian dari Yahudi dan Nasrani adalah al-Musyabbah Bih (orang yang diserupai). Konsekuensi logis dari ucapan ini adalah menyerupakan Imam al-Razi dengan orang-orang yahudi dan nasrani.
- Kata "Fi 'Ibaadati al-Kawakib". Semenjak kapan Imam al-Razi menulis buku penyembahan gugusan bintang!? Ini jelas sekali tuduhan lantaran kedengkian dan berburuk sangka sebelum memahami apa yang ditulis oleh Imam al-Razi. Jika sekarang ahli astronomi Islam menuliskan buku-buku pegangan untuk pelajar guna menjelaskan tentang gugusan bintang, apakah penulis ini dikatakan menganjurkan untuk menyembah gugusan bintang sehingga ia dikafirkan?? Barangkali penulis ini akan dikafirkan jika berhasil membuktikan bahwa bumi adalah bulat, bukan datar bagai papan tulis yang punya tepi.
- Kata "Hadzihi Riddatun 'an al-Islam" (murtad dari agama Islam). Inilah ujung dari premis-premis yang digunakannya untuk memfitnah Imam al-Razi sebagai pelopor kemurtadan di abad 6 s/d 7 Hijriyah. Bahkan sebelum ditutup dengan kata "Intaha" alias Selesai, statemen ini diakhiri dengan "Wa In Kaana Qad Yakuunu 'Aada Ilaa al-Islam" (meskipun dia pernah kembali ke agama Islam), dia tetap murtad!!!
Dari risalah di atas dapat kita susun premis-premisnya yang terdiri dari muqaddimah kubra dan shughra serta natijahnya, sbb;
+Orang yang menulis tentang ilmu perbintangan (meski dituduh menganjurkan menyembah bintang) adalah murtad yang termasuk golongan yahudi, nasrani.
+Imam al-Razi adalah penulis buku perbintangan (meski dituduh menganjurkan menyembah bintang).
=Imam al-Razi termasuk golongan............... Na'udzubillah
0 komentar:
Posting Komentar