Sikap Seorang Pamong

Posted in Senin, 21 Maret 2011
by Unknown
Oleh : Anggota WLML (Sang Jiwanmukto)

Sudah beberapa hari Jiwanmukto gelisah. Hatinya resah. dia selalu bertanya-tanya bagimana seharusnya sikap seorang "pamomong" itu. Demi untuk mendapatkan jawabannya, Jiwanmukto bergegas ke rumah Gurunya untuk mendapatkan jawaban.  Ketika sampai di
rumah gurunya sore hari, dia bimbang. Apakah dia akan menanyakan kegelisahan jiwanya atau tidak. Dia m...enjadi ragu. Akhirnya dia hanya duduk di empyak ( kursi dari bambu ) yang berada di belakang rumah Gurunya. Dia diam sendiri sambil terus merenung. Dan tanpa di ketahuinya, Gurunya datang menepuk pundaknya. Buru-buru Jiwanmukto meraih tangan Gurunya dan menciumnya. lalu Gurunya mempersilahkan duduk kembali. Mereka duduk berhadapan dalam diam. Jiwanmukto masih tetap ragu untuk mengutarakan maksud hatinya. lalu Gurunya memulai membuka pembicaraan.


Guru : " aku melihat ada kabut yang menyeliputi hatimu, ada apa geranggan ngger "
Jiwanmukto : " Wahai yang mulia Guru,..maafkanlah saya. memang benar hati saya sedang gelisah ".
Guru : " ada apa??..katakanlah ! mungkin aku dapat membantu menjawab kegelisahan hatimu ".
Jiwanmukto : " Wahai yang mulia Guru, sudah beberapa hari ini, hati saya gelisah,. saya lama merenungkan bagimana kah seharus nya sikap yang harus di tunjukkan sebagai seorang pamomong ?"
Guru : " ehmm.. ( menghela nafas panjang )..
kulihat beliau diam beberapa saat, lalu kulihat wajahnya yang teduh itu tiba-tiba menitikkan airmata. Hatiku terus diamuk perasaan tak menentu. apakah pertanyaanku salah ? atau adakah pertanyaanku telah melukai hatinya ?

Guru : " ..ngger..menjadi seorang pamomong itu tidak lah mudah. Sebagiamana Baginda Nabi...menjadi seorang pamomong itu harus mempunyai sifat-sifta seperti Sang Ibunda Agung Bhumi..."
Jiwanmukto : " harus mempunyai sifat seperti Ibunda Agung Bhumi guru ??..bagiamanah maksudnya wahai yang mulia Guru ?"
Guru : " camkanlah olehmu ngger !!!..bahwa dia Sang Ibunda Agung Bhumi adalah ibunda Agung kita. Kita lahir dari rahimnya..Dialah sang Ibunda yang melahirkan kita dengan rasa sakit teramat sangat. dengan penuh perjuangan, darah dan airmata. Dialah Ibunda Agung yang menyusui kita dengan aliran air yang memancar dari tubuhnya. Dialah Ibunda Agung yang menuapi makan pada kita dari tumbuh-tumbuhan yang di panen dari tubuhnya. Dialah Ibunda Agung yang memberikantubuhnya sebagai tempat pada kita untuk berpijak. Dialah Ibunda Agung yang telah mencurahkan segala kasih sayangnya, kemakmuran, kesejahteraan, kemuliaaan, keberkahan, restunya kepada kita anak-anaknya..
namun kenangkanlah ngger..!!..lihatlah apa yang di berikan anak-anaknya kepada Sang Ibunda Agung itu..anak-anak yang lahir dari RahimNya..yang disusuinya, yang disuapi makanan, di limpahi kasih sayang, kemakmuran, kesejahteraan, kemuliaan, restu itu membalas semua kebaikan sang Ibunda Agungnya dengan kedurhakaan, kekejian, kekotoran. Sang Ibunda Agung yang seharusnya di muliakan itu hanya mendapat perlakuan yang kurang ajar dari anak-anaknya. Dia, Sang Ibunda Agung menjadi tempat buangan berak mereka anak-anaknya. mereka memandang Ibundanya itu sebagai perawan yang molek tubuhnya, sehingga bebas di perkosa, dijarah, di rusak , dilukai dan semua perbuatan keji dan hina lainnya. Namun ketahuilah ngger..apa yang dilakukan Sang Ibunda agung itu pada anak-anaknya.Dia sama sekali tidak sakit hati..Dia tetap menyimpan amarahnya di dasar relung Hatinya yang dalam. taukah kamu mengapa kukatakan bahwa Dia tetapa menyimpan kemarahannya di relung hatinya yang paling dalam ??..Sungguh kukatakan padamu Ngger..!!..bahwa amarah Ibunda Agung itu adalah berupa api panas yang membara..itulah wujud dari kemarahnnya yang di sebut dengan Narakasura..dalam wujud Sang Bhoma..Sang Ibunda Agung itu tetap bersabar meski dilukai dan dilalaikan oleh anak-anaknya...namun bila sampai saatna tiba, dimana seluruh anak-anaknya telah melampui batas yang telah di tentukannya, sebagaimana hukum alam bahwa yang memberi itu berhak menerima, maka suuatu saat kemarahn Sang Ibunda Agug itu tidak akan mampu lagi di redam oleh kekuatan apapun. Itulah ngger sikpa dan sifat yang harus di miliki oleh seorang pamomong. Dia harus mempunyai sikap dan sifat sebagaimana Sang Ibund agung yang telah kuuraikan tadi

Tanpa terasa airmata Jiwanmukto pun menetes..dan Jiwanmukto jatuh tersungkur di kaki Gurunya.