Si Alim dan Si Pecundang di Mata si Bajingan

Posted in Selasa, 22 Maret 2011
by Unknown
 Oleh : Anggota WLML

Salam Indonesia

Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita dan atas nama cinta dan hidup, kita bisa melakukan yang terbaik, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi untuk semua orang, termasuk orang-orang yang tidak diketahui dan tidak pernah bertemu sebelumnya. Karena cinta mengatakan hidup ini terlalu berharga untuk disia-siak...an.


hari ini adalah salah satu hari paling konyol dalm hidup ya dua manusia yang paling aku benci si alim dan si pecundang. entah kenapa hari ini saya di nasbihkan untuk bertemu manusia-manusia dengan sifat yang sangat saya benci, saya tidaklah menyombongkan diri, karena saya juga hanyalah seorang bajingan, bajingan berlumur dosa. dan aku menikmati diriku sebagai bajingan, toh dengan “gelar”sebagai bajingan orang akan memberi cap maklum atas dosa-dosa ku, saat aku berbuat salah orang akan bersikap biasa, dan berkata : “pantas, dia memang bajingan”… daripada jadi si alim, maka jika ada orang meihatmu berbuat salah, maka seolah dunia menjadi kiamat, kebaikan si alim adalah biasa dan kesalahannya adalah luar biasa.


kembali kepada jenis manusia si alim yang pengecut, yang bergaya tak kalah parlente, orang-orang yang merasa eklusif dengan kealimannya. orang-orang yang menganggap bahwa dirinya suci dan seolah-olah paling di cintai Tuhan, manusia-manusia “khusus” yang selalu berhak menuduh orang di luar komuitasnya sebagai makhluk-makhluk sesat. mereka yang selalu menganggap dirinya para tentara-tentara Tuhan.


apa gunanya mendekam di masjid jika tetangga kelaparan, apa fungsinga berdakwah dengan mereka yang sama-sama -mengaku- beriman. tidak ada maknanya menumpulkan uang untuk membeli makanan kemudian dibagi-bagi untuk peserta majelis, akan sangat berguna jika uang yang dikumpulkan digunakan untuk memberi makan para pengemis di perempatan jalan. tidak ada maknanya berkhotbah di depan mereka yang sudah mengerti agama, akan luar biasa jika mereka berani berdakwah di kompleks pelacuran. merekalah pengecut, pengajak kebenaraan yang hanya berani berteriak di ruang mereka sendiri, tanpa sadar akan lingkungan sosial, seolah-olah si alim ini hanya ingin masuk surga sendiri dan membiarkan yang lain masuk neraka, ya… orang tipe seperti ini bauat saya hanyalah pengecut.


satu lagi jenis manusia yang aku benci, yaitu manusia berkategori pecundang, rang-orang yang saking pengen menghindar dari dosa justru mengelak ketika diberi tanggung jawab. Padahal yang ngasih tanggung jawab sudah mempertimbangkan, “Ah, kalau si itu kan orangnya baik. Kalau acara ini dipegang dia kayaknya bakalan beres, deh.” Tapi ternyata mereka justru mati-matian nolak walaupun sudah dimintai tolong berkali-kali hanya dengan alasan takut nggak amanah. Hei, itu betul. Tapi apa gunanya mereka jadi orang baik sendirian yang nggak bermanfaat buat lingkungannya? Sebenarnya mereka bisa melakukan sesuatu, tapi memilih diam (hanya berani bicara tanpa berbuat) daripada mereka ikut-ikutan (kalau ternyata nantinya) keseret dosa
manusia-manusia yang berani bicara di belakang, berteriak dengan ribuan usul dan ide tapi ketika di tunjuk untuk melaksanakan idenya justru malah lari dan menolak dengan sejuta alasan. hari ini ada sebuah kisah nyata di sebuah ruangan sempit dalam rangka suatu acara. dia muncul dengan idenya yang cemerlang dan dahsyat, tapi ketika teman-teman yang lain mendaulatnya sebagai pemimpin dia justru menghindar dan lari, bahkan di tunjuk sebagai salah satu koordinator suatu seksi saja tidak mau.


oke lah, kalo memang tidak mau tidak apa-apa tapi jangan terlalu banyak bicara, jangan sok punya segudang ide jika untuk melaksanakannya tidak mau. harusnya diam saja kalo memang tidak mau terlibat, jangan “tong kosong berbunyi nyaring”. talk less do more……… ruangan itu tadi serasa sangat panas walau AC tetap hidup. tidak tahu bagamana menghadapi manusia ini dirayu hingga dipaksa tetap menolak hingga membuat jengkel rekan-rekan yang lain. manusia egois.


untuk itu semua terkadang aku bahagia sebagai bajingan, tukang bikin onar, daripada sok banyak bicara tapi kemudian lari, daripada sok beriman tapi egois, kuserahkan pada Tuhan sang pencipta untuk menilai hidup yang kujalani di dunia, karena aku bukanlah apa-apa, aku hanya si manusia miring yang tengah berevolusi menjadi abnormal.