HABIB ABDULLAH IBN MUHSIN AL-ATHTHAS
Beliau adalah salah satu ulama yang masyhur di Indonesia, dan diakui secara luas telah menempati maqam Wali Allah. Habib Abdullah ibn Muhsin al-Aththas juga dikenal dengan sebutan Habib “Keramat Empang.” Beliau dikenal sebagai sosok ulama ahl al-kasyaf, dengan pribadi yang mulia dan dermawan. Jasa-jasanya tak ternilai dalam penyebaran ajaran Islam di tanah air. Beliau sangat ramah kepada para tamu yang selalu mendatangi beliau dengan membawa bermacam-macam keperluan dan untuk meminta nasihat atau doa dan barakah.
Imam Habib Abdullah ibn Muhsin ibn Muhammad al-Aththas lahir di desa Haurah, di daerah Kasr, kawasan Hadramaut pada 17 April 1849 (23 Jumadil Awwal 1265 H). Sejak kecil beliau mendapat pendidikan agama oleh ayahandanya sendiri. Selain itu beliau juga belajar kepada Syekh Umar ibn Faraj ibn Siyah, seorang ulama yang salih pada zamannya. Beliau sudah hafal al-Qur’an pada usia 17 tahun. Sejak masih muda beliau sering diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi para ulama dan Awliya Allah di Hadramaut. Di antaranya adalah Wali Qutub Abu Bakar ibn Abdullah ibn Thalib al-Aththas, yang mendoakannya secara khusus sehingga beliau mencapai maqamk kewalian.Beliau juga berguru kepada Imam Habib Shalih ibn Abdullah al-Aththas. Pada tahun 1865 dan 1866 beliau menunaikan ibadah haji. Setelah haji yang kedua beliau mendapat ilham rabbani untuk berkunjung ke Pulau Jawa, dan pertama kali bermukim di Pekalongan, Jawa Tengah. Pada masa ini beliau sempat mencari nafkah sebagai pedagang. Di Indonesia beliau bersahabat sekaligus berguru kepada seorang Wali Allah bernama Habib Ahmad ibn Muhammad ibn Hamzah al-Aththas.
Beliau pernah mendapat cobaan yakni dimasukkan ke penjara oleh pemerintah Belanda karena tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Setelah keluar dari penjara beliau bermukim di Betawi (Jakarta). Selama di daerah ini beliau banyak dikunjungi oleh masyarakat Muslim maupun non-Muslim. Tak jarang beliau memberitakan kabar-kabar gaib dan menunjukkan karamah.
Habib Hamzah al-Aththas kemudian memerintahkannya untuk berziarah ke Habib Husain di Luar Batang, dan kemudian beliau meneruskan perjalanan hingga ke daerah Empang di Bogor, yang pada saat itu belum ada penghuninya. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa saat beliau sedang makan di pinggiran sebuah empang, secara kebetulan bertemu dengan seorang penduduk Bogor yang berkata, “Habib, kalau anda benar-benar Habib Keramat, tunjukkan pada saya kekeramatan anda.” Saat itu Habib Abdullah ibn al-Aththas sedang makan dengan lauk ikan, dan ikan itu tinggal separuh. Maka Habib Abdullah berkata, “Wahai ikan, kalau benar-benar cinta kepadaku, tunjukkanlah.” Dan atas izin Allah SWT, saat itu juga ikan yang sudah matang dan tinggal separuh itu hidup lagi dan meloncat masuk empang. Konon ikan itu masih hidup sampai sekarang dan berada di lautan.
Pada 1828 beliau, bersama beberapa ulama Habaib lainnya, membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid an-Nur. Beliau wafat pada Selasa 26 April 1933 setelah menderita sakit flu, dan dimakamkan di sebelah barat masjid an-Nur. Sampai sekarang makamnya menjadi salah satu tujuan peziarah. Setiap tahun haul sang Wali Allah ini dibanjiri oleh ribuan pengunjung tua dan muda, lelaki dan perempuan. Beliau meninggalkan banyak tulisan, sekitar 850 buah kitab, namun yang tersisa sekarang sekitar 100 kitab saja yang di simpan di “Rabithah” Tanah Abang, Jakarta. Salah satu karya tasawuf beliau adalah kitab “Fathurrabbaniyah,” yang konon hanya beredar di kalangan ulama besar.
Ada banyak kisah karamat lain yang dinisbahkan kepada beliau. Di antaranya adalah saat masih di penjara beliau dikunjungi oleh ruh dua Wali Allah besar, al-Faqih al-Muqaddam dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karamat lainnya adalah setiap kali beliau diikat kakinya saat di penjara, ikatan itu selalu terlepas dengan sendirinya. Bahkan si pengikat dan keluarganya jatuh sakit panas. Orang itu akhirnya sembuh setelah diikat dengan rantai yang digunakan untuk mengikat Imam Abdullah al-Aththas. Beberapa orang Nasrani bahkan masuk Islam setelah menyaksikan sendiri beberapa karamah beliau. Yang juga termasyhur adalah kemampuan kasyafnya yang berupa mampu membaca isi batin orang lain dan doa-doanya yang makbul. Beliau juga sangat istiqamah dalam beramal, baik wajib maupun sunnah. Salah satu amalannya yang masyhur adalah membaca shalawat seribu kali setiap hari sepanjang hayatnya dan membaca kitab Dalail Khayrat (berisi kumpulan doa dan shalawat) setiap hari tanpa jeda.
Sebagaimana Wali Allah lainnya, Imam Habib Abdullah ibn Muhsin ibn al-Aththas selalu menekankan pentingnya kesucian hati dari segala godaan nafsu dan dunia. Beliau mengajarkan kepada murid-muridnya untuk “meletakkan dunia di tangan, bukan di hati.” Beliau juga menganjurkan murid-muridnya untuk selalu hormat dan patuh kepada guru, agar berusaha sesering mungkin berziarah kepada Wali-Wali Allah baik yang masih hidup maupun sudah meninggal. Dalam kitab manaqib-nya diceritakan bahwa suatu ketika beliau ditanya oleh seseorang tentang pernyataan bahwa berada bersama Wali Allah atau hadir di hadapan Wali Allah, baik itu yang masih hidup maupun sudah mati, adalah lebih baik daripada ibadah yang kurang istiqamah. Beliau menjelaskan berziarah kepada Wali Allah amat banyak manfaatnya. Tubuh Wali Allah berkaitan dengan hatinya, sedangkan hatinya bertalian dengan salah satu hadirat Asma Allah. Lebih lanjut beliau menjelaskan:
Jadi ada hubungan sambung-menyambung dari Wali Allah hingga ke tempat di mana hati Wali Allah berada. Ketika anda berziarah kepada salah seorang Wali Allah maka artinya anda berziarah ke wilayah di mana terdapat tindakan-tindkan dan amal-amal salih Wali Allah tersebut. Sudah tentu amal-amal itu akan disambut oleh salah satu Asma Allah … Oleh karena itu, orang yang berziarah ke pemakaman orang salih [yakni Wali Allah] … pada dasarnya berziarah kepada derajat kewalian di sisi Allah – bukan berziarah ke jasad. Misalnya dikatakan kepada anda bahwa ini adalah kuburan Wali Allah, lalu anda pun menziarahinya dengan keyakinan bahwa dia adalah Wali Allah. Maka, niscaya anda akan memperoleh kekuatan [barakah] darinya … sebab tujuan anda berziarah kepadanya adalah terhadap derajatnya maka yang menyambut anda adalah derajatnya itu.
Salam
Tri Wibowo BS alias Mbah Kanyut al-Kenthiri al-Jawi
Ikhwan TQN
Beliau adalah salah satu ulama yang masyhur di Indonesia, dan diakui secara luas telah menempati maqam Wali Allah. Habib Abdullah ibn Muhsin al-Aththas juga dikenal dengan sebutan Habib “Keramat Empang.” Beliau dikenal sebagai sosok ulama ahl al-kasyaf, dengan pribadi yang mulia dan dermawan. Jasa-jasanya tak ternilai dalam penyebaran ajaran Islam di tanah air. Beliau sangat ramah kepada para tamu yang selalu mendatangi beliau dengan membawa bermacam-macam keperluan dan untuk meminta nasihat atau doa dan barakah.
Imam Habib Abdullah ibn Muhsin ibn Muhammad al-Aththas lahir di desa Haurah, di daerah Kasr, kawasan Hadramaut pada 17 April 1849 (23 Jumadil Awwal 1265 H). Sejak kecil beliau mendapat pendidikan agama oleh ayahandanya sendiri. Selain itu beliau juga belajar kepada Syekh Umar ibn Faraj ibn Siyah, seorang ulama yang salih pada zamannya. Beliau sudah hafal al-Qur’an pada usia 17 tahun. Sejak masih muda beliau sering diajak oleh ayahnya untuk mengunjungi para ulama dan Awliya Allah di Hadramaut. Di antaranya adalah Wali Qutub Abu Bakar ibn Abdullah ibn Thalib al-Aththas, yang mendoakannya secara khusus sehingga beliau mencapai maqamk kewalian.Beliau juga berguru kepada Imam Habib Shalih ibn Abdullah al-Aththas. Pada tahun 1865 dan 1866 beliau menunaikan ibadah haji. Setelah haji yang kedua beliau mendapat ilham rabbani untuk berkunjung ke Pulau Jawa, dan pertama kali bermukim di Pekalongan, Jawa Tengah. Pada masa ini beliau sempat mencari nafkah sebagai pedagang. Di Indonesia beliau bersahabat sekaligus berguru kepada seorang Wali Allah bernama Habib Ahmad ibn Muhammad ibn Hamzah al-Aththas.
Beliau pernah mendapat cobaan yakni dimasukkan ke penjara oleh pemerintah Belanda karena tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial. Setelah keluar dari penjara beliau bermukim di Betawi (Jakarta). Selama di daerah ini beliau banyak dikunjungi oleh masyarakat Muslim maupun non-Muslim. Tak jarang beliau memberitakan kabar-kabar gaib dan menunjukkan karamah.
Habib Hamzah al-Aththas kemudian memerintahkannya untuk berziarah ke Habib Husain di Luar Batang, dan kemudian beliau meneruskan perjalanan hingga ke daerah Empang di Bogor, yang pada saat itu belum ada penghuninya. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa saat beliau sedang makan di pinggiran sebuah empang, secara kebetulan bertemu dengan seorang penduduk Bogor yang berkata, “Habib, kalau anda benar-benar Habib Keramat, tunjukkan pada saya kekeramatan anda.” Saat itu Habib Abdullah ibn al-Aththas sedang makan dengan lauk ikan, dan ikan itu tinggal separuh. Maka Habib Abdullah berkata, “Wahai ikan, kalau benar-benar cinta kepadaku, tunjukkanlah.” Dan atas izin Allah SWT, saat itu juga ikan yang sudah matang dan tinggal separuh itu hidup lagi dan meloncat masuk empang. Konon ikan itu masih hidup sampai sekarang dan berada di lautan.
Pada 1828 beliau, bersama beberapa ulama Habaib lainnya, membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid an-Nur. Beliau wafat pada Selasa 26 April 1933 setelah menderita sakit flu, dan dimakamkan di sebelah barat masjid an-Nur. Sampai sekarang makamnya menjadi salah satu tujuan peziarah. Setiap tahun haul sang Wali Allah ini dibanjiri oleh ribuan pengunjung tua dan muda, lelaki dan perempuan. Beliau meninggalkan banyak tulisan, sekitar 850 buah kitab, namun yang tersisa sekarang sekitar 100 kitab saja yang di simpan di “Rabithah” Tanah Abang, Jakarta. Salah satu karya tasawuf beliau adalah kitab “Fathurrabbaniyah,” yang konon hanya beredar di kalangan ulama besar.
Ada banyak kisah karamat lain yang dinisbahkan kepada beliau. Di antaranya adalah saat masih di penjara beliau dikunjungi oleh ruh dua Wali Allah besar, al-Faqih al-Muqaddam dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karamat lainnya adalah setiap kali beliau diikat kakinya saat di penjara, ikatan itu selalu terlepas dengan sendirinya. Bahkan si pengikat dan keluarganya jatuh sakit panas. Orang itu akhirnya sembuh setelah diikat dengan rantai yang digunakan untuk mengikat Imam Abdullah al-Aththas. Beberapa orang Nasrani bahkan masuk Islam setelah menyaksikan sendiri beberapa karamah beliau. Yang juga termasyhur adalah kemampuan kasyafnya yang berupa mampu membaca isi batin orang lain dan doa-doanya yang makbul. Beliau juga sangat istiqamah dalam beramal, baik wajib maupun sunnah. Salah satu amalannya yang masyhur adalah membaca shalawat seribu kali setiap hari sepanjang hayatnya dan membaca kitab Dalail Khayrat (berisi kumpulan doa dan shalawat) setiap hari tanpa jeda.
Sebagaimana Wali Allah lainnya, Imam Habib Abdullah ibn Muhsin ibn al-Aththas selalu menekankan pentingnya kesucian hati dari segala godaan nafsu dan dunia. Beliau mengajarkan kepada murid-muridnya untuk “meletakkan dunia di tangan, bukan di hati.” Beliau juga menganjurkan murid-muridnya untuk selalu hormat dan patuh kepada guru, agar berusaha sesering mungkin berziarah kepada Wali-Wali Allah baik yang masih hidup maupun sudah meninggal. Dalam kitab manaqib-nya diceritakan bahwa suatu ketika beliau ditanya oleh seseorang tentang pernyataan bahwa berada bersama Wali Allah atau hadir di hadapan Wali Allah, baik itu yang masih hidup maupun sudah mati, adalah lebih baik daripada ibadah yang kurang istiqamah. Beliau menjelaskan berziarah kepada Wali Allah amat banyak manfaatnya. Tubuh Wali Allah berkaitan dengan hatinya, sedangkan hatinya bertalian dengan salah satu hadirat Asma Allah. Lebih lanjut beliau menjelaskan:
Jadi ada hubungan sambung-menyambung dari Wali Allah hingga ke tempat di mana hati Wali Allah berada. Ketika anda berziarah kepada salah seorang Wali Allah maka artinya anda berziarah ke wilayah di mana terdapat tindakan-tindkan dan amal-amal salih Wali Allah tersebut. Sudah tentu amal-amal itu akan disambut oleh salah satu Asma Allah … Oleh karena itu, orang yang berziarah ke pemakaman orang salih [yakni Wali Allah] … pada dasarnya berziarah kepada derajat kewalian di sisi Allah – bukan berziarah ke jasad. Misalnya dikatakan kepada anda bahwa ini adalah kuburan Wali Allah, lalu anda pun menziarahinya dengan keyakinan bahwa dia adalah Wali Allah. Maka, niscaya anda akan memperoleh kekuatan [barakah] darinya … sebab tujuan anda berziarah kepadanya adalah terhadap derajatnya maka yang menyambut anda adalah derajatnya itu.
Salam
Tri Wibowo BS alias Mbah Kanyut al-Kenthiri al-Jawi
Ikhwan TQN
ikan empang sekarang dilautan, ada yang aneh ??kadang karomah juga harus masuk akal, membuat kita tidak membabi buta mengikuti seseorang karena "katanya", lebih baik berdoa'a sendiri saja, percayalah do'a tidak memerlukan perantara