Sebagian orang-orang mengira bahwa ta’wil adalah madzhab-madzhab bid’ah dan manhaj dholal, itu karena debu yg di taburkan di depan mata dan akal mereka, sehingga menaburkan perselisihan, terutama ketika di misalkan dengan pena’wilan-pena’wilan ahli bid’ah dari golongan batiniyah, dan ta’thil ( penkosongan dzat atau penafian dzatullah ) dari golongan jahmiyah dan lain sebagainya yg menjadikan ta’wil sebgai pengakibatan atas pemahaman bhwa Allah sesuatu yg tersusun dan berbentuk (terdiri dari sesuatu) atau penjelma’an terhadap sesuatu, inilah yg di anggap sebgai peroboh agama dan perusak aqidah dan syareat, yg benar DAN tdk di ragukan lagi oleh orang-orang berakal, bahwasa, ta’wil dengan syarat-syarat dan kaidah-kaidahnya adalah manhaj yg yg tepat,benar dan lurus, harus dan tidak boleh tidak, untuk dapat memahami alqur’an dan sunnah, serta madzhab yg ditetapkan oleh beberapa ulama salaf sebagaimana para ulama’-ulama’ dan para imam menukilkanya.
Berkata Imam Azzarkasi dalam kitabnya ( al-burhan fi ulumil qur’an 2/ 207 ) orang-orang berbeda dalam memahami “mutasyabihaat” dalam ayat atau hadist, menjadi tiga kelompok:
1. Adalah kelompok yg menafikan ta’wil sama sekali terhdap ayat-ayat mutasyabihaat, mereka memahami secara textual atau harfiah, mereka inilah di sebut ” almusyabbahah almujassimah” ini adalah kelompok dan pendapat yg bathil ,
2. Adalah kelompok yg mengakui adanya ta’wil, namun mereka tetap berpegang terhadap ayat-ayat tsbt dengan mensucikan i’tiqat mereka dari ” penyerupa’an ,bentuk dan “ta’thil ” dan mereka berkata, tdk ada yg mengetahui maksudnya kecuali allah, وما يعلم تأويله إلا الله ” memasrahkan arti yang sebenarnya kepada Allah TAFWIDH ini adalah pendapat ulama salaf,
3. Adalah golongan yg mena’wil kan ayat-ayat atau hadist mutasyabihaat, dengan pena’wilan yg sesuai dan pantas bagi allah, serta dengan penakwilan yg benar,kelompok dua terakhir ini adalah bersumber dari para sahabat ,serta dua kelompok terakhir ini adalah yang berada dalam manhaj ahli sunnah wal-jama’ah , adapun kelompok pertama adalah faham ahlul bathil, yang memahami ayat-ayat mutasyabihaat secara textual/ harfiah ,dengan meyakini Allah tertawa terbahak-bahak dan berbentuk terdiri dari tangan ,kaki ,dan wajah , ini adalah musyabbahah almujassimah , faham inilah yang yang di anut oleh sebagian komunitas muslim yang bercokol di tengah-tengah kita melebelkan dirinya dengan “salafiyuun atau wahabisme ” padahal ulama’ salaf tidak ber’itiqot demikian ,mereka TAFWIDH memasrahkan arti sebenarnya pada Allah ,tanpa harus meyakini Allah terdiri dari jirim atau jisim ,
Berkata Imam Alnawawi dalam menjelaskan hadist-hadist mutasyabihaat dalam kitabnya ( syarah muslim 6/ 36 )” dalam hadist sifat-sifat mutasyabihaat ini ada dua madzhab yg sgt masyhur:
1. Adalah madzhab salaf (tdk menafikan ta’wil, namun mereka tafwidh (memasrahkan arti sebenarnya kepada allah ) tanpa ber’itiqod “penyerupa’an, bentuk,dan ta’thil,
2. Adalah madzhab kebanyakan mutakallimin dan beberapa dari ulama salaf, di hikayahkan oleh, imam malik, dan al-awza’i, bhwasanya ayat-ayat atau hadist-hadist tersebut di ta’wil, dengan pena’wilan yg sesuai dan pantas bagi allah ( begitulah apa yg di katakan, malik dan al awza’i, )
Berkata imam Abu Muhammad al-juwaini dalam kitabnya ( ithafus sadatul muttaqin 2/110 ) adapun yg nampak dari dzahirnya ayat-ayat atau hadist, yg memberikan gambaran dgn adanya penyerupa’an atau bentuk, maka bagi kalangan ulama-ulama salaf mempunyai dua cara dalam memahaminya adalah:
1.Berpaling, tidak ikut campur dalam memahami maknanya serta tafwidh “memasrahkan arti yg sebenarnya kepada allah, tanpa mengatakan “penyerupa’an, bentuk,dan tha’til, ini adalah pendapat kebanyakan ulama-ulama salaf,
2. Adalah mena’wilkan dan menafsirkanya dengan mengembalikan dari sifat-sifat dzat kepada sifat-sifat alfi’il (perbuatan) maka, kalimat ” allah turun ” di tafsirkanya dgn turunya ,dekatnya rahmat, ” tangan ” dengan nikmat-nikmat, ” bersemayam dengan “alqahru” menundukan dan “alqudratu” menguasai , serta hadist-hadist rasul semisal
وقد قال رسول الله : كلتا يديه يمين
” kedua tangan Allah berada di sebelah kanan ” maksud dari hadist ini, menguraikan, bhwa, kedua tangan allah adalah mempunyai sifat kesempurna’an, tdk ada yg kurang antara keduanya, maka dari sini di istilahkan dengan ” dua-duanya kanan ” sebab, istilah kiri adalah mengurangi dari sifat kanan, dan setiap sesuatu yg datang dari alquran dan hadist, yg menyandarkan kalimat tangan, atau kedua tangan di kanan,trhadp Allah, dan lain sebagainya dari nama-nama anggota jasad , maka hal itu adalah bermakna , MAJAZ. Dan ISTI’ARAH ,sebab Allah maha suci dari penyerupa’an dan bentuk, serta, suci dari tajsim ” berjasad”
PENA’WILAN ULAMA-ULAMA SALAFUSSHOLEH ATAS NUSHUSUS SHIFAAT :
Ulama khalaf dari ulama umat ini ketika mereka berada dalam madzhab pena’wilan, tdk melakukan bid’ah-bid’ah terhdap diri mereka , baik dalam segi perkata’an atau dalam segi manhaj,akan tetapi mereka berada dalam jalan kebanyakan manhaj salafus sholeh yg mengatakan tentang pena’wilan dan menjadikan penakwilan yg lurus,dan tepat, di bawah ini adalah subuah bukti yg pasti, atas jalan-jalan dalam manhaj mereka, asal serta syare’atnya,di antaranya adalah :
1. Penakwilan ibnu abbas terhadap kursi di sebutkan dalam tafsir at-thabari 3/7, dalam penafsiran ayat kursi,” para ahlu ta’wil berbeda pendapat dalam memahami makna kursi yg allah khabarkan dalam ayat kursi, sebagian dari mereka, mena’wilkan dengan, ilmu allah,ini adalah apa yg di katakan ibnu abbas.R.A, di riwayatkan oleh ja’far bin abi mughirah dari sa’ied bin jabir ia berkata ( itu adalah ilmu allah )
ta’wil ibnu abbas terhadap ” mata ” Allah berfirman :
واصنع الفلك بأعيننا
” dan buatlah bahtera itu dengan ” pengawasan kami “( huud 11:37 ) jelas dalam kalimat ayat ini menggunakan lafadz ” bi a’yunina ” yang bermakna dengan mata kami ” kalau di artikan demikian maka kaburlah arti dan maksud dari ayat tersebut , berkata ibnu abbas, ra. ” dengan pengawasan dari kami “( tafsir al-bughawi 2/322 )
Allah berfirman:
واصبر لحكم ربك فإنك بأعيننا
” dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami “( ath thuur 52:48 )
berkata ibnu abbas ra. ” kami melihat dengan apa yg kamu kerjakan “( tafsir al-khozin 4/190 )
pena’wilan ibnu abbas tentang tangan Allah berfirman:
والسماء بنينها بأييد
” dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami ” berkata ibnu abbas ra. ” dengan kekuatan dan kekuasa’an “( tafsir al-qurtuby 17/52 )
pena’wilan ibnu abbas ,terhdap “nur”cahaya . allah berfirman :
الله نور السموات والأرض
berkata ibnu abbas ra. : ” allah yg memberi petunjuk terhadap penduduk langit dan penduduk bumi “( tafsir at-thabari 18/ 135 )
ta’wil trhadp kalimat wajah :allah berfirman,
ويبقى وجه ربك ذوالجلال والإكرام
“dan tetap kekal wajah tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulya’an”( ar-rahman 55 : 27
berkata ibnu abbas, ra. ” kalimat wajah adalah ibarat dari Dzat Allah swt.
Berkata imam al-qurtubi, dalam kitab tafsirnya ” wajah, adalah suatu ibarat dari keberada’an Allah,dan dzatnya swt.Pendapat inilah yg di anut oleh para muhaqqiq dari ulama-ulama kami, di antar mereka adlah, ibnu faurak, abul ma’ali, dan lain sebagainya ,berkata abul ma’ali, ” adapun kalimat wajah maka yg di maksud adalah, ” dzat Allah dan keberada’an al-bari subhanahu wata’ala” ( alqurtubi 17/ 165 )
ta’wil ibnu abbas terhadap ” betis ” ALLAH berfirman :
يوم يكشف عن ساق
” pada hari betis di singkapkan “ yg di maksud betis di singkapkan ialah menggambarkan keadaan org yg sedan ketakutan, yg hendak lari karena hebatnya huru-hara hari kiamat,( tafsir at-thabari 29/38 , tafsir al-qurtubui 18/249 ) ini adalah sayyina ibnu abbas, beliau yg di do’akan oleh rasul ( allahummu faqqihhu fiddien, wa allimhut ta’wil ) allahumma, berilah ia kefahaman dalam agama,dan ajarilah ia ta’wil “beliau adalah tinta emas umat ini, dan penterjemah alqur’an, beliaulah yg di jadikan acuan oleh, asy’ary dan almaturidi, jikalau mereka melemparkan tuduhuan thdp asy’ary dan almaturidi dengan mengada-ada bid’ah ta’wil dan ta’thil, maka sama saja mereka melemparkan tuduhan yg sama terhadap ibnu abbas ra. Ma’adzallah, wa khasya wa kalla subhanaka hadza buhtanun adzim , mereka mengatakan sesuatu terhadap Allah dengan tanpa ilmu,
ta’wilnya sufyan atssauri dan ibnu jarir at-thabari tentang kalimat istiwa’ {bersemayam }, berkata imam atthabari 1/192. Dalam penafsiran firman Allah
ثم استوى إلى السماء
yaitu di tafsirkan dgn “alaa alaiha uluwwi mulkin wasulthanin” ( tinggi atas langit layaknya tingginya raja dan penguasa ) bukan tinggi dapat berpindah atau dapat bergeser,lalau imam sufwan atssauri mena’wilkan kalimat ( bersemayam di arasy ) dengan, biqosdi amrihi ” dan mena’wilkan firman allah, bersemayam di langit dengan, ” bilqosdi ilaiha ” lihat di ( mirqatul mafatih 2/137 )
ta’wil mujahid dan imam addhohhak dan abi ubaidah dalam kalimat “wajah ”
فأينماتولوافثم وجه الله
berkata mujahid rahimahullah : adalah ” menghadap Allah “( atthabari 1/402 ) al-asma’ wassifat lilbaihaqi hal, 309, dan juga di tashihkan oleh ibnu taimiyah dlm bukunya, uqududdarriyah hal 247-248 )
berkata addhahhak, dan abu ubaidah, dalam firman allah ,
كل شيئ هالك إلاوجهه
di ta’wilkan dengan ” kecuali dia (Allah)” lihat dalam kitab ( daf’us syibhut-tashbih )
Ta’wil imam malik bin anas ra, terhadap hadis ” allah turun di setiap sepertiga malam” adalah, yanzilu amrihi ( turunya perintah dan rahmat allah ) pada setiap sepertiga malam “adapun allah azza wajallah, adalah tetap tdk bergeser dan tidak berpindah, maha suci Allah yg tiada tuhan selainya ,liat ( attamhid 8/143,}liat {siyaru a’lamun nubala’ 8/105 ) lihat juga ( arrisalatul wafiyah hal 136 karangan abi umar addani ) dan dalam kitab ( syarah an-nawawi ala shohih muslim 6/37,) dan juga ( al-inshaaf karangan ibnu sayyit al-bathliyusi hal 82)
Berkata Imam Azzarkasi dalam kitabnya ( al-burhan fi ulumil qur’an 2/ 207 ) orang-orang berbeda dalam memahami “mutasyabihaat” dalam ayat atau hadist, menjadi tiga kelompok:
1. Adalah kelompok yg menafikan ta’wil sama sekali terhdap ayat-ayat mutasyabihaat, mereka memahami secara textual atau harfiah, mereka inilah di sebut ” almusyabbahah almujassimah” ini adalah kelompok dan pendapat yg bathil ,
2. Adalah kelompok yg mengakui adanya ta’wil, namun mereka tetap berpegang terhadap ayat-ayat tsbt dengan mensucikan i’tiqat mereka dari ” penyerupa’an ,bentuk dan “ta’thil ” dan mereka berkata, tdk ada yg mengetahui maksudnya kecuali allah, وما يعلم تأويله إلا الله ” memasrahkan arti yang sebenarnya kepada Allah TAFWIDH ini adalah pendapat ulama salaf,
3. Adalah golongan yg mena’wil kan ayat-ayat atau hadist mutasyabihaat, dengan pena’wilan yg sesuai dan pantas bagi allah, serta dengan penakwilan yg benar,kelompok dua terakhir ini adalah bersumber dari para sahabat ,serta dua kelompok terakhir ini adalah yang berada dalam manhaj ahli sunnah wal-jama’ah , adapun kelompok pertama adalah faham ahlul bathil, yang memahami ayat-ayat mutasyabihaat secara textual/ harfiah ,dengan meyakini Allah tertawa terbahak-bahak dan berbentuk terdiri dari tangan ,kaki ,dan wajah , ini adalah musyabbahah almujassimah , faham inilah yang yang di anut oleh sebagian komunitas muslim yang bercokol di tengah-tengah kita melebelkan dirinya dengan “salafiyuun atau wahabisme ” padahal ulama’ salaf tidak ber’itiqot demikian ,mereka TAFWIDH memasrahkan arti sebenarnya pada Allah ,tanpa harus meyakini Allah terdiri dari jirim atau jisim ,
Berkata Imam Alnawawi dalam menjelaskan hadist-hadist mutasyabihaat dalam kitabnya ( syarah muslim 6/ 36 )” dalam hadist sifat-sifat mutasyabihaat ini ada dua madzhab yg sgt masyhur:
1. Adalah madzhab salaf (tdk menafikan ta’wil, namun mereka tafwidh (memasrahkan arti sebenarnya kepada allah ) tanpa ber’itiqod “penyerupa’an, bentuk,dan ta’thil,
2. Adalah madzhab kebanyakan mutakallimin dan beberapa dari ulama salaf, di hikayahkan oleh, imam malik, dan al-awza’i, bhwasanya ayat-ayat atau hadist-hadist tersebut di ta’wil, dengan pena’wilan yg sesuai dan pantas bagi allah ( begitulah apa yg di katakan, malik dan al awza’i, )
Berkata imam Abu Muhammad al-juwaini dalam kitabnya ( ithafus sadatul muttaqin 2/110 ) adapun yg nampak dari dzahirnya ayat-ayat atau hadist, yg memberikan gambaran dgn adanya penyerupa’an atau bentuk, maka bagi kalangan ulama-ulama salaf mempunyai dua cara dalam memahaminya adalah:
1.Berpaling, tidak ikut campur dalam memahami maknanya serta tafwidh “memasrahkan arti yg sebenarnya kepada allah, tanpa mengatakan “penyerupa’an, bentuk,dan tha’til, ini adalah pendapat kebanyakan ulama-ulama salaf,
2. Adalah mena’wilkan dan menafsirkanya dengan mengembalikan dari sifat-sifat dzat kepada sifat-sifat alfi’il (perbuatan) maka, kalimat ” allah turun ” di tafsirkanya dgn turunya ,dekatnya rahmat, ” tangan ” dengan nikmat-nikmat, ” bersemayam dengan “alqahru” menundukan dan “alqudratu” menguasai , serta hadist-hadist rasul semisal
وقد قال رسول الله : كلتا يديه يمين
” kedua tangan Allah berada di sebelah kanan ” maksud dari hadist ini, menguraikan, bhwa, kedua tangan allah adalah mempunyai sifat kesempurna’an, tdk ada yg kurang antara keduanya, maka dari sini di istilahkan dengan ” dua-duanya kanan ” sebab, istilah kiri adalah mengurangi dari sifat kanan, dan setiap sesuatu yg datang dari alquran dan hadist, yg menyandarkan kalimat tangan, atau kedua tangan di kanan,trhadp Allah, dan lain sebagainya dari nama-nama anggota jasad , maka hal itu adalah bermakna , MAJAZ. Dan ISTI’ARAH ,sebab Allah maha suci dari penyerupa’an dan bentuk, serta, suci dari tajsim ” berjasad”
PENA’WILAN ULAMA-ULAMA SALAFUSSHOLEH ATAS NUSHUSUS SHIFAAT :
Ulama khalaf dari ulama umat ini ketika mereka berada dalam madzhab pena’wilan, tdk melakukan bid’ah-bid’ah terhdap diri mereka , baik dalam segi perkata’an atau dalam segi manhaj,akan tetapi mereka berada dalam jalan kebanyakan manhaj salafus sholeh yg mengatakan tentang pena’wilan dan menjadikan penakwilan yg lurus,dan tepat, di bawah ini adalah subuah bukti yg pasti, atas jalan-jalan dalam manhaj mereka, asal serta syare’atnya,di antaranya adalah :
1. Penakwilan ibnu abbas terhadap kursi di sebutkan dalam tafsir at-thabari 3/7, dalam penafsiran ayat kursi,” para ahlu ta’wil berbeda pendapat dalam memahami makna kursi yg allah khabarkan dalam ayat kursi, sebagian dari mereka, mena’wilkan dengan, ilmu allah,ini adalah apa yg di katakan ibnu abbas.R.A, di riwayatkan oleh ja’far bin abi mughirah dari sa’ied bin jabir ia berkata ( itu adalah ilmu allah )
ta’wil ibnu abbas terhadap ” mata ” Allah berfirman :
واصنع الفلك بأعيننا
” dan buatlah bahtera itu dengan ” pengawasan kami “( huud 11:37 ) jelas dalam kalimat ayat ini menggunakan lafadz ” bi a’yunina ” yang bermakna dengan mata kami ” kalau di artikan demikian maka kaburlah arti dan maksud dari ayat tersebut , berkata ibnu abbas, ra. ” dengan pengawasan dari kami “( tafsir al-bughawi 2/322 )
Allah berfirman:
واصبر لحكم ربك فإنك بأعيننا
” dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan kami “( ath thuur 52:48 )
berkata ibnu abbas ra. ” kami melihat dengan apa yg kamu kerjakan “( tafsir al-khozin 4/190 )
pena’wilan ibnu abbas tentang tangan Allah berfirman:
والسماء بنينها بأييد
” dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan kami ” berkata ibnu abbas ra. ” dengan kekuatan dan kekuasa’an “( tafsir al-qurtuby 17/52 )
pena’wilan ibnu abbas ,terhdap “nur”cahaya . allah berfirman :
الله نور السموات والأرض
berkata ibnu abbas ra. : ” allah yg memberi petunjuk terhadap penduduk langit dan penduduk bumi “( tafsir at-thabari 18/ 135 )
ta’wil trhadp kalimat wajah :allah berfirman,
ويبقى وجه ربك ذوالجلال والإكرام
“dan tetap kekal wajah tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulya’an”( ar-rahman 55 : 27
berkata ibnu abbas, ra. ” kalimat wajah adalah ibarat dari Dzat Allah swt.
Berkata imam al-qurtubi, dalam kitab tafsirnya ” wajah, adalah suatu ibarat dari keberada’an Allah,dan dzatnya swt.Pendapat inilah yg di anut oleh para muhaqqiq dari ulama-ulama kami, di antar mereka adlah, ibnu faurak, abul ma’ali, dan lain sebagainya ,berkata abul ma’ali, ” adapun kalimat wajah maka yg di maksud adalah, ” dzat Allah dan keberada’an al-bari subhanahu wata’ala” ( alqurtubi 17/ 165 )
ta’wil ibnu abbas terhadap ” betis ” ALLAH berfirman :
يوم يكشف عن ساق
” pada hari betis di singkapkan “ yg di maksud betis di singkapkan ialah menggambarkan keadaan org yg sedan ketakutan, yg hendak lari karena hebatnya huru-hara hari kiamat,( tafsir at-thabari 29/38 , tafsir al-qurtubui 18/249 ) ini adalah sayyina ibnu abbas, beliau yg di do’akan oleh rasul ( allahummu faqqihhu fiddien, wa allimhut ta’wil ) allahumma, berilah ia kefahaman dalam agama,dan ajarilah ia ta’wil “beliau adalah tinta emas umat ini, dan penterjemah alqur’an, beliaulah yg di jadikan acuan oleh, asy’ary dan almaturidi, jikalau mereka melemparkan tuduhuan thdp asy’ary dan almaturidi dengan mengada-ada bid’ah ta’wil dan ta’thil, maka sama saja mereka melemparkan tuduhan yg sama terhadap ibnu abbas ra. Ma’adzallah, wa khasya wa kalla subhanaka hadza buhtanun adzim , mereka mengatakan sesuatu terhadap Allah dengan tanpa ilmu,
ta’wilnya sufyan atssauri dan ibnu jarir at-thabari tentang kalimat istiwa’ {bersemayam }, berkata imam atthabari 1/192. Dalam penafsiran firman Allah
ثم استوى إلى السماء
yaitu di tafsirkan dgn “alaa alaiha uluwwi mulkin wasulthanin” ( tinggi atas langit layaknya tingginya raja dan penguasa ) bukan tinggi dapat berpindah atau dapat bergeser,lalau imam sufwan atssauri mena’wilkan kalimat ( bersemayam di arasy ) dengan, biqosdi amrihi ” dan mena’wilkan firman allah, bersemayam di langit dengan, ” bilqosdi ilaiha ” lihat di ( mirqatul mafatih 2/137 )
ta’wil mujahid dan imam addhohhak dan abi ubaidah dalam kalimat “wajah ”
فأينماتولوافثم وجه الله
berkata mujahid rahimahullah : adalah ” menghadap Allah “( atthabari 1/402 ) al-asma’ wassifat lilbaihaqi hal, 309, dan juga di tashihkan oleh ibnu taimiyah dlm bukunya, uqududdarriyah hal 247-248 )
berkata addhahhak, dan abu ubaidah, dalam firman allah ,
كل شيئ هالك إلاوجهه
di ta’wilkan dengan ” kecuali dia (Allah)” lihat dalam kitab ( daf’us syibhut-tashbih )
Ta’wil imam malik bin anas ra, terhadap hadis ” allah turun di setiap sepertiga malam” adalah, yanzilu amrihi ( turunya perintah dan rahmat allah ) pada setiap sepertiga malam “adapun allah azza wajallah, adalah tetap tdk bergeser dan tidak berpindah, maha suci Allah yg tiada tuhan selainya ,liat ( attamhid 8/143,}liat {siyaru a’lamun nubala’ 8/105 ) lihat juga ( arrisalatul wafiyah hal 136 karangan abi umar addani ) dan dalam kitab ( syarah an-nawawi ala shohih muslim 6/37,) dan juga ( al-inshaaf karangan ibnu sayyit al-bathliyusi hal 82)
0 komentar:
Posting Komentar