Sepotong senja di kaki Gunung Andong. dan seorang perempuan muda yang cantik tersenyum sambil mengangguk saat kami melewati selasar. Senyum yang menghangatkan dada kami yang kedinginan di dalam naungan kabut tipis pegunungan itu. Lalu angin, dan kesunyian yang menenangkan kegelisahan kami.
Tentu aku tak tahu apa yang ada di dalam hati kawankawan yang duduk bersimpuh dengan khusyuk di sana. Tetapi aku bisa katakan padamu, sejak kami sampai di depan gerbang pemakaman, aku selalu melihat wajahnya membayang selalu di pelupuk mata. Wajah yang belum pernah kusaksikan saat beliau masih hidup. Wajah Mbah Mangli ...
Ya, Mbah Mangli. Akhirnya.
Bagi orang Jawa Tengah, khususnya daerah Magelang dan sekitarnya, nama Kyai H. Asykari atau mbah Mangli hampir pasti langsung mengingatkan pada sosok kyai sederhana, penuh karomah. Menurut almarhum Wali Allah Gus Miek, walau Mbah Mangli memiliki banyak usaha dan termasuk orang yang kaya-raya, namun Mbah Mangli adalah wali Allah yg hatinya selalu menangis kepada Allah, menangis melihat umat, dan menangis karena rindu kepada Allah...
Kyai Hasan Asykari / Mbah Mangli adalah mursyid Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah (TQN). Mbah Mangli adalah salah satu tokoh yg mendirikan Asrama Pendidikan Islam di Magelang, yang santrinya berasal dari seluruh Indonesia.
Meski terkenal di mana-mana, beliau selalu hidup sederhana. Beliau sering diundang ke sana ke mari untuk mengisi pengajian. Pada saat mengisi pengajian, di mana pun ia dan dalam kondisi apa pun, Mbah Mungli tidak pernah memakai alat pengeras suara, meskipun jamaahnya sangat banyak, hingga berbaris dengan jarak jauh. Namun, masyarakat tetap sangat menyukai isi pidatonya dan mendengar suara beliau. .Kadang panitia sengaja menyelipkan amplop uang kepada Mbah Mangli, namun beliau dengan halus menolaknya, dan biasanya beliau mengatakan:
"Jika separoh dari jamaah yg hadir tadi mau dan berkenan menjalankan apa yg saya sampaikan tadi, itu jauh lebih bernilai dari apapun, jadi mohon jgn dinilai dakwah saya ini dengan uang, kalau tuan mau antar saya pulang saya terima, kalau kesulitan ya gak papa saya bisa pulang sendiri"
Mbah Mangli dikaruniai karomah "melipat bumi" yakni bisa datang dan pergi ke berbagai tempat yang jauh dalam sekejap mata. Di sisi lain, beliau dikenal sebagai seorang yang memiliki kemampuan psikokinesis tinggi. Misal, dia dapat mengetahui tamu yang akan datang beserta maksud dan tujuannya. Seperti orang yang bermaksud untuk makan jeruk bersilaturrahim pada rumah Mangli. Dia menyambut dengan memberikan jeruk. dan tentu saja kalau dikisahkan karomahnya, butuh banyak halaman untuk menuliskannya.
salah satu wejangannya yang sangat membekas di hati kami, atau setidaknya dihatiku, adalah:
"apik ning menungsa, durung mesthi apik ning Gusti"
Demikianlah. Aku pulang dengan membawa banyak hal, meski kunjungan kami tak lebih dari satu jam. Dan seusai ziarah, wajah yang penuh berkah itu masih terus membayang meski lama kelamaan makin redup seiring dengan kembalinya kami ke hirukpikuk dunia.
ila ruhi al-mukarram Syekh Mbah Mangli radhiyallahu anhu.. al-Fatihah..
Mbah Nyut al-Jawi
Ikhwan TQN Suryalaya
NB: terima kasih kepada mas Imam Badrus, mas Ambar dan mas Aslach.
0 komentar:
Posting Komentar