Aturan-aturan agama tersebut tak akan mungkin sampai kepada manusia dengan sendirinya. Hal tersebut membutuhkan sebuah proses yang berkesinambungan. Sehingga perjalanan hidup manusia selalu terarah dan sampai kepada tujuan dengan selamat.
Proses tersebut sebenarnya telah berlangsung sejak penciptaan manusia pertama kali. Yaitu dimana Allah swt mendidik Nabi Adam as hingga menjadi manusia sempurna. Kemudian proses itu tidak berhenti sampai itu saja, bahkan terus menerus berlangsung sampai kepada anak cucu Nabi Adam as. Dan berjalan sesuai dengan perkembangan sosial budaya manusia di permukaan bumi. Proses yang Allah berikan kepada manusia melalui petunjuk-petunjuk –Nya inilah yang disebut dengan pendidikan Allah.
Di dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa ada dua bentuk pendidikan yang Allah ajarkan kepada manusia. Pertama, pendidikan yang bersifat penciptaan, yaitu mengembangkan jasmani manusia sampai mencapai kedewasaan dan kesempurnaa. Dan menumbuhkan kekuatan jiwa serta akalnya. Kedua, pendidkan yang bersifat keagamaan, yaitu dengan menurunkan wahyu kepada seseorang diantara meeka agar disampaikan kepada umat manusia untuk menyempurnakan akanya dan membersihkan jiwa mereka. Dalam hal yang kedua ini maka tidak seseorangpun selain Allah yang berhak mensyriatkan peribadatan, menghalalkan atau mengaramkan sesuatu kecuali hanya dengan izin-Nya[1]. Sebagaimana Firman Allah swt :
“Apakah mereka memiliki sesembahan –sesembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? …”[2]
Maka proses penurunan ajaran agama kepada manusia-manusia pilihan dan proses pembudayaannya (masuknya ajaran ilahiyyah kedalam kebudayaan manusiawi, sehingga diterima dan menjadi unsur yang menyatu dalam kebudayaan manusia), berlangsung sejak penciptaan manusia sampai masa penyempurnaannya. Masa penyempurnaan tersebut berlangsung sejak Muhammad saw menerima wahyu dan pengangkatannya menjadi Nabi dan Rasul. Pada Akhirnya Ajaran agama yang dibawa oleh Muhammad menjadi warisan budaya umat Islam.
Menjelang pengangkatannya sebagai seorang Rasul Allah, dalam tahannutsnya di Gua Hira, pada bulan ramadhan, datanglah kepastiandalam dirinya bahwa ia elah mendapatkan kebenaran yang dicarinya itu. Haekal malukiskan:”… Setelah beberapa tahun jiwa yang terbawa oleh kebenaran tinggi itu dalam tidurnya ia bertemu dengan mimpi hakiki, yang memancarkan cahaya kebenaran yang selama ini dicarinya. Bersamman dengan itu pulA dilihatnya hidup yang sia-sia, hidup tipu daya dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna. Ketika itulauh ia yakin benar bahwa masyarakatnya telah sesat dari jalan yang benar. Hidup kerohanian mereka telah rusak karena tunduk kepada berhala-berhala serta kepercayaan-kepercayaan semacamnya yang tidak kurang pula kesesatannya. Semua yang pernah disebutkan oleh kaum yahudi dan nasrani tak dapat menolong mereka dari kesesatan itu. Apa yang disebutkan mereka itu masing-masing benar, tetapi masih mengandung tahayyuldan berbagai macam cara paganisme, yang tidak mungkin sejalan dengan kebenaran sejati. Kebenaran itu ialah Allah swt, khaliq seluruh alam, tak ada Tuhan selain Dia. [3] Kebenaran inilah intisari dari millah Ibrahim diwariskan kepada Nabi Muahmmad saw.
Telah sama-sama kita ketahui bahwa Allah menurunkan ajaran agama Islam kepada umat manusia tersebut melalui proses yang panjang, melalui serangkaian urutan rasul-rasul. Seorang rasul pada hakikatnya adalah untuk menyempurnakan dan meluruskan kembali ajaran Islam yang telah diselewengkan atau sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan budaya manusia. Seorang rasul yang diutus kemudian, berfungsi menyempurnakan dan meluruskan ajaran Islam yang dibaWa rasul sebelumnya. Dan serangkaian penyempurnaan ajaran Islam tersebut menjadi sempurna dengan diutusnya Muhammad sebagai rasul terakhir, dan ajaran Islam yang merupakan risalah kenabiannya diabadikan dalam kitab suci Al-Qur`an yang disampaikan oleh Muhammad saw.
Al-Qur`an yang merupakan inti materi pendidikan yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk disebarkan kesetiap manusia, maka proses interaksi pendidikan Rasulullah kepada umatnya katika itu berlangsung selama ayat-ayat Al-Qur`an turun.
Beberapa ulama berbeda pendapat tentang berapa lama persisnya ayat-ayat Al-Qur`an turun. Dalam Kitab Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, Syekh Muhammad al-Khudhari secara konkret mengatakan bahwa masa turun Al-Qur`an terbagi menjadi dua periode. Pertama, peiode Makkah. Periode ini berlanhgsung selam 12 tahun, 5 bulan dan 13 hari. Dihitung sejak tanggal 18 ramadhan ketika Nabi berumur 41 tahun sampai tangggal 1 Rabi`ul awwal ketika beliau berumur 54 tahun. Kedua, setelah Rasulullah melakukan hijrah kemadinah. PaDa periode ini al-Qur`an turun selama 9 tahun 9 bulan dan 9 hari; dihitung sejak Nabi berumur 54 tahun sampai dengan 9 dzulhiijah (ini didasarkan ayat yang terakhir turun yaitu QS. Al-Maidah ayat 3 ketika Nabi sedang melakukan haji wada bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah)[4] ketika beliau berumur 63 tahun.[5]
Jadi periode turun al-Qur`an secara keseluruhan menurut Syekh Muhammad Al-Khudhari adalah 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu dengan menggabungkan antara periode pertama dengan perioe kedua.[6]
Sedangkan Bapak Ali Mustfa Ya’kub berpendapat bahwa ayat al-Qur`an turun selama 22 tahun 5 bulan 9 hari.[7] Dasar penghitungan ini adalah :
1. Bahwa ayat yang pertama turun adalah Al-Alaq, pada tanggal 24 Ramadhan[8] ketika beliau berumur 40 tahun.
2. Ayat al-Qur`an yang terakhir turun adalah ayat 281 surah al-Baqarah.[9] Berdasarkan hadits Ibn `Abbas yang diriwayatkan oelh Nasai dan Ibn Abi hatim, ayat ini turun sembilan hari menjelang Rasulullah wafat.[10]
Dari pendapat yang telah dikemukakan, para Ulama Ulum al-Qur`an membagi sejarah turunnya al-Qur`an dalm dua periode. Yaitu periode Makkah dan Madinah. Tetapi, alangkah baiknya kita kemukakan pendapat Quraisy Shihab dalam bukunya Membumikan al-Quran. Beliau membagi periode turunnya al-Qur`an dengan tiga periode. Namun pembagian iNi lebh mengarah kepada penjelasan tujuan-tujuan pokok al-Qur`an.[11]
Periode Pertama, periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun kenabian. Pada periode ini ada tiga hal pokok yang dapat diketahui. Yaitu;
1. Pendidikan terhadap Rasulullah saw, dimana Allah menurunkan wahyu pertama dan kedua untuk membentuk kepribadian Rasulullah, sekaligus penugasan Allah kepada Beliau untuk menyampaikan Dakwah. Wahyu ketiga juga merupakan bimbingan terhdap beliau.[12]
2. Ayat-ayat yang turun ketika masa ini berisikan pengetahuan-pengetahuan sifat dan af`al Allah swt. Misalnya surah Al-Ikhlas, yang menurut hadis Rasulullah “sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an”, karena mengetahuinya dengan sebenarnya akan mengetahui pula persoalan-persoalan tauhid dan tanzih Allah swt. [13]
3. Selain pokok tema ayat yang etrsebut diatas, pada periode ini juga ada ayat-ayat yang berkenaan yang menerangkan dasar-dasar akhlak Islamiyah, serta bantahan-bantahan umum mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliyyah ketika itu.[14]
Periode kedua, periode berlangsungselama 8-9 tahun. Pada masa ini ayat-ayat Al-Qur`an yang turun –disatu pihak- berisikan menerangkan kewajiban-kewajiban prinsipil penganutnya sesuai dega kondisi dakwah ketika itu, di lain pihak, ayat-ayat yang turun berisikan kecaman dan ancaman yang peDas kepada kaum musyrikin yang beraling dari kebenaran.[15]
Selain itu juga mengandung agumentasi-argumentasi mengenai kesaan Tuhan dan kepastian hari akhir yang didasarkan kepada tanda-tanda yang dapat mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.[16]
Periode ketiga, selama periode ini al-Qur`an telah dapat menunjukkan prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas menjalankan ajaran-ajaran agama di Yastrib. Periode ini berlangsung selam 10 tahun, dimana timbul berbagai macam peristiwa, problem dan persoalan. Ayat-ayat yang turun adakalanya merupakan perintah-perintah yang tegas disertai dengan konsiderannya. Dan ada pula yang berisikan bimbingan kepada kaum muslim menuju jalan yang diridhai Allahwt dismaping itu memberikan didikan akhlak dan suluk yang sesuai dengan kondisi mereka dalam berbagai situasi. Selain ada ayat-ayat yang turun mengajak dialog dengan orang Mukmin, banyak juga ayt-ayat yang ditujukan kepada orang-orang munafik, ahli kitab, dan orang-orang musyrik. Ayat-ayat tersebut mengajak mereka menuju jalan yang benar, sesuai dengan sikap mereka terhadap dakwah Islamiyyah.[17]
Bersambung...!!
[1] Al-Maraghi, Syeh Ahmad Mustafa; tafsir Al-Maraghi
[2] QS. Asy-Syura ayat 21
[3] Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Terj. AliAudah), Tintamas: Jakarta 1972 I/82
[4] Al-Khudhari, Syekh Muhammad;Tarikh al-Tasyri’ al-Islami; Dar al-Fikr, 1410 H/ 1981 M h. 6-7
[5] Ibid h. 8
[6] Ibid h. 5
[7] Ya’kub, Ali Mustafa, Sejarah dan Metode dakwah Nabi; Pustaka Firdaus; Jakarta: 1997 h.18
[8] Ibid .Ahmad Ibn Hanbal; Al-Musnad, Dar al-Fikr al-`Arabi, tt, tth, IV/107
[9] Ibid h 20. Al-Zurqani, Abd al-`Aadhim; Manahil al-`Irfan; Dar al-Fikr , Beirut. 1401 H/ 1981 M I/ 86-91
[10] Al-Suyuti, Jalal al-Din,; Al-Itqan fi Ulum al-Qur`an, Dar al-Fikr, Beirut 1403 H/ 1983 M h.55
[11] Shihab, Quraisy. Mambumikan Al-Qur`an; Mizan ; Bandung. 1994 h.35
[12] Ibid
[13] Ibid h. 36
[14] Ibid
[15] Ibid
[16] Ibid h. 37
[17] Ibid h.37-39
0 komentar:
Posting Komentar