PERCAKAPAN BIASA SAJA

Posted in Minggu, 20 Maret 2011
by Unknown
Oleh : Anggota WLML (Erry Amanda Erry A)

“…. aku dengar dulu kamu peminum berat, pemabuk, benar?”

“ ’ga salah.”
...
“Penipu, pembohong, penjudi, main perempuan, maling, pembuat onar….?”


“Ya, ya, semua benar.”

“Kok bisa berubah?”

“Karena ingin saja.”

“Bukan karena sadar?”

“Dari dulu saya sadar, maling ga baik, sadar mabuk itu ga baik, mainin perempuan itu ga baik, semua yang ga baik itu sadar, sesadar-sadarnya.”

“Hidayah kale?”

“Wah, gat tau kalo yang itu, setahuku hidayah itu urusan Allah…”

“Sekarang kamu banyak yang mengagumimu lho, banyak yang nyanjung, banyak yang memujimu,”

“Halaaah, dari dulu saya juga banyak yang ngaggumi. Minum 10 botol ga mabuk, perempuan pada lengket, main judi tiga hari tiga malam kuat tanpa tidur. Ngrampok ga pernah ketahuan. Nipu yang ditipu ga nuntut. Banyak orang menyanjung kehebatan saya, tapi bagiku ga ngaruh apa – apa. Biasa-biasa saja. Jadi, kalo sekarang banyak yang kagum, banyak muji, apa bedanya?”

“Aku ingin seperti kamu. Bisa berubah menjadi manusia yang berguna seperti kamu..”
“Jangan punya keinginan menjadi “SEPERTI”, jadilah dirimu sendiri. Punya keinginan menjadi diri sendiri. Mungkin, sangat mungkin, saat ini sesungguhnya kamu jauh lebih hebat disbanding saya. Bisa jadi kamu lebih baik disbanding saya. Saat ini bahkan..”

“Bagaimana dengan sunnah rasul? Bukankah itu meniru?”

“Bedakan antara meneladani dan meniru. Meniru itu tidak memiliki kepribadian. Hidup tidak pada dirinya sendiri, kecuali hasil tiruan. Sementara meneladani adalah suatu konsep, seseorang akan menggali dan mengembangkan apa yang diteladani. Meneladani bukan foto kopi, juga bukan duplikat, namun memahami penuh apa yang diteladani.

“Saya membuat laying-layang dengan bentuk dan warna yang beda dari layang-layang pada umumnya, awalnya adalah dari meniru cara membuat, kemudian saya teruskan dengan memhami bentuk, memahami kerangka, mengembangkan bentuk – itu yang disebut meneladani..”